Ragam
Harga Minyak Tidak Mengalami Kenaikan, Pendapatan Arab Saudi Merosot
RIYADH, WONGKITO.CO - Pemangkasan produksi minyak oleh Arab Saudi menyebabkan anjloknya pendapatan negara itu. Arab Saudi berharap dengan pemangkasan produksi akan menaikan harga penjualan minyak dunia.
Pendapatan minyak Arab Saudi dalam satu bulan merosot tajam sekitar 37,7 persen atau sebesar US$19,2 miliar atau sekitar Rp288 triliun (kurs Rp15.000), di bandingkan tahun lalu sebesar US$30,8 miliar atau sekitar Rp462 triliun. Dilaporkan Otoritas Umum Kerajaan. Jumat, 28 juli 2023.
Pada Mei 2022, harga minyak Brent mencapai rata-rata US$113 per barel atau sekitar Rp1,7 juta, sedangkan Pada bulan Mei 2023, harga minyak Brent rata-rata mencapai US$75 per barel atau sekitar Rp1,2 juta.
Berbagai faktor mempengaruhi penurunan pendapatan minyak tersebut, termasuk menurunnya ekspor minyak dari Arab Saudi dan implementasi kesepakatan pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) dan sekutunya.
Baca juga
- Bonus Demografi Keuntungan atau Bumerang bagi Indonesia
- Intip Yuk Ponsel Lipat Samsung Teranyar
- Mahasiswa UNS Bawa Pulang Rp118 Juta, Raih Penghargaan di Kompetisi Film Korsel
Kesepakatan pemangkasan produksi oleh OPEC+ ini menjadi langkah penting untuk menjaga harga minyak stabil di pasar global. Dalam menghadapi permintaan yang menurun akibat pandemi COVID-19, negara-negara produsen minyak berusaha mengatur pasokan agar tidak berlebihan dan mencegah penurunan harga yang tajam. Pemangkasan produksi dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan sehingga harga minyak tetap dalam rentang yang dapat diterima oleh produsen dan konsumen.
Namun, kesepakatan pemangkasan produksi ini juga berdampak pada pendapatan minyak Arab Saudi. Penurunan ekspor minyak negara tersebut menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan pendapatan minyak merosot. Selain itu, perbedaan harga minyak Brent antara tahun 2022 dan 2023 juga berkontribusi pada penurunan pendapatan. Perbedaan harga yang signifikan ini juga berdampak pada pendapatan negara produsen minyak.
Para analis memperkirakan bahwa pemotongan produksi besar-besaran yang dilakukan Arab Saudi untuk menopang harga minyak dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara. Tahun ini, Arab Saudi berisiko mengalami kontraksi ekonomi dan menjadi salah satu negara dengan ekonomi terlemah di antara anggota G20, setelah sebelumnya merupakan salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di kelompok tersebut. Meskipun upaya ini bertujuan untuk menjaga stabilitas pasar dan harga minyak, dampaknya terhadap pendapatan dan kesehatan ekonomi negara perlu diwaspadai oleh pemerintah dan pemangku kepentingan Arab Saudi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 28 Jul 2023