Harimau dan Gajah Sumatera Makin Terancam, Ganti PLTU dengan EBT

Ancaman PLTU (Tangkapan layar)

PALEMBANG, WongKito.co - Beragam satwa langka di Sumatera, seperti harimau dan gajah kini semakin terancam akibat pembangunan dan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang tentunya menggunakan batu bara sebagai bahan bakar.
 
"Kami sarankan pemerintah mengganti PLTU dengan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan," kata Koordinator Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER), Pius Ginting dalam pertemuan virtual, Kamis (14/10/2021).

Ia mengungkap seperti diketahui saat ini setidaknya 100 lembaga keuangan telah menarik investasinya dari PLTU sehingga menjadi momentum yang tepat bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang baik untuk menjaga keanekaragaman hayati.

Apalagi, sebanyak 14 PLTU yang beroperasi dan enam PLTU sedang konstruksi telah terbukti berdampak buruk pada pada kehidupan manusia maupun, hewan dan tumbuhan, ungkap dia.

Padahal tambah Pius keanekaragaman hayati merupakan sumber sandang pangan, papan, dan obat-obatan.

Selain itu, keanekaragaman hayati juga menjadi penyokong kebudayaan dan tradisi yang saat ini mulai tidak bisa lagi jadi andalan masyarakat akibat kerusakan hutan, lahan, kebun, sawah maupun lingkungan permukiman, tambah dia.

Ia mencontoh akibat PLTU kini siklus alam, seperti air,karbon, reproduksi hewan dan tumbuhan tidak lagi terjaga.

Sebagai pulau dengan keanekaragaman hayati kedua di Indonesia, Pulau Sumatera memiliki satwa kunci, seperti harimau, badak, gajah, orang utan, beruang madu dan trenggiling. Namun, kekinian nyaris punah akibat aktivitas penambangan batu  bara maupun pembangunan dan beroperasinya PLTU, urai dia.

Hasil riset yang dilakukan tim AEER, menemukan rencana pembangunan PLTU di Jambi berlokasi dekat dengan wilayah jelajah gajah, tambang baru bara milik PLTU Nagan Raya merupakan wilayah konflik gajah.

Akibatnya, habitat Gajah Sumatera juga semakin terancam.

Kemudian, PLTU juga mengancam ekosistem mangrove, terumbu karang, hutan tropis dan hutan sekunder dataran rendah.

Sedangkan sejumlah PLTU Sumsel, bukan hanya berada di wilayah jelajah Harimau Sumatera tetapi juga habitat ikan belida, seperti sekitar PLTU I, PLTU Gura dan PLTU Banyuasin.

PLTU Tenayan Raya yang dekat dengan Sungai Siak juga telah mengancam habitat ikan arwana.

Pius menambahkan pihaknya juga membuat penilaian atau skoring terhadap PLTU yang beroperasi maupun sedang konstruksi bahkan yang baru direncanakan semua mengancam keanekaragaman hayati.

Ia mencontoh mayoritas PLTU ancamannya sangat tinggi yaitu mencapai 25 unit, seperti  PLTU Jambi-2 unit 1, PLTU Sumsel 8 dan PLTU kebang Agung.

Lalu ancaman sedang sebanyak 15 unit, diantaranya PLTU Labuhan Angin unit 2 dan PLTU Sumsel 6 dan terakhir yang tetap mengancam keanekaragaman hayati meskipun rendah adalah PLTU Sumut- 2 unit 1 dan unit 2.(ert)
 

Editor: Nila Ertina

Related Stories