Ragam
IFW: Perbankan masih Kesampingkan Hak Nasabah
JAKARTA – Melesatnya Sektor perbankan dinilai masih belum sebanding dengan sistem keamanan digital sehingga kepentingan nasabah dinilai masih dikesampingkan.
Koordinator Indonesia Financial Watch (IFW) Abraham Runga Mali menilai, saat ini sektor perbankan hanya fokus meraup keuntungan sebesar-besarnya dari rakyat. Di sisi lain, hak-hak para nasabah masih dikesampingkan.
“ini kondisi yang miris! Para bankir mengambil keuntungan yang besar di atas parahnya sistem perbankan dan hak-hak nasabah yang belum dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya,” ujarnya kepada TrenAsia.com, Jumat, 14 Juli 2023.
Baca Juga:
- Herman Deru Dampingi Erick Tohir Pantau Seleksi Pemain Sepakbola Timnas Piala Dunia U17
- Majukan Ekonomi Kreatif Indonesia, JNE Awarding Content Competition 2023 Kembali Lahirkan Konten Kreator
- PT Bumi Resource Masih Hutang Rp473,09 Miliar Kepada ANTAM
Abraham menyoroti sejumlah permasalahan perbankan hari-hari ini, seperti serangan siber PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), kredit fiktif PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), hingga transaksi janggal PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA).
“Sebagai bisnis yang mengedepankan kepercayaan publik dan good corporate governance (GCG), saya pikir perbankan kita masih gagal walaupun mereka berhasil meraup keuntungan yang fantastis,” tegas dia.
Dia juga menyinggung peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang masih setengah hati dalam menjaga kepentingan nasabah di Tanah Air. Menurutnya, OJK justru lebih berpihak pada kepentingan ‘pemain’ di industri perbankan.
“OJK sampai saat ini masih kami anggap melempem! Pekerjaan mereka masih jauh dari memuaskan dalam menjaga hak-hak nasabah,” imbuhnya.
Kilap Kredit dan Kinerja Perbankan
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo mengungkapkan kenaikan pertumbuhan kredit 9,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada periode Mei 2023 dengan total kredit dalam sistem perbankan mencapai Rp6,58 triliun.
Menurutnya, pertumbuhan kredit yang lebih tinggi tersebut didorong oleh permintaan yang kuat seiring dengan peningkatan kinerja pada segmen korporasi, dibarengi dengan likuiditas yang cukup dan kebijakan penyaluran kredit yang longgar.
“Gross NPL turun menjadi 2,52 persen yang kami yakini sebagian disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang lebih kuat,” ujarnya dalam sebuah riset yang diterima TrenAsia.com.
Baca Juga:
- Ayo Segera Daftar! PMB Jalur Mandiri Gelombang 2 UIN Raden Fatah Dibuka
- Yuk Ikutan, Daihatsu Gelar Event Test Drive Rocky, Xenia dan Terios
- Kementerian PUPR : Pembangunan Rusun Terkendala Pembebasan Lahan
Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Prasetya Gunadi menyebutkan bahwa sektor perbankan membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 17,5% yoy pada lima bulan pertama tahun ini.
“Pertumbuhan laba bersih tersebut terutama didorong oleh penurunan biaya provisi menjadi Rp26,4 triliun atau turun 10,3 persen yoy,” imbuhnya dalam sebuah riset.
Pada kesempatan yang sama, lanjut Gunadi, likuiditas perbankan masih cukup melimpah, dengan LDR gabungan sebesar 82,3% yoy pada Mei 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan nilai 80,9%.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Drean Muhyil Ihsan pada 14 Jul 2023