Ragam
Indonesia Tidak Termasuk Dalam Keanggotaan Baru BRICS
Jakarta, Wongkito.co - Indonesia tidak termasuk dalam ke anggotaan baru BRICS. Setelah di umumkan Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa.
Sejumlah negara yang baru bergabung, antara lain, Iran, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, Etiopia, Argentina, dan Arab Saudi. Penambahan anggota baru nanti diharapkan dapat memperkuat BRICS dan menandingi blok Eropa dan AS. Jumat, 25 agustus 2023.
Perluasan ini diyakini membuka jalan bagi puluhan negara lain yang tertarik untuk bergabung dalam BRICS yang saat ini terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Kehadiran BRICS saat polarisasi geopolitik mendorong upaya dari Beijing dan Moskow untuk menjadikan blok tersebut sebagai keseimbangan yang dapat diandalkan terhadap Barat. “BRICS telah memasuki babak baru dalam upayanya membangun dunia yang adil, dunia yang adil, dunia yang inklusif dan makmur,” ujar Ramaphosa.
Baca juga
- Dewan Pers: Duet Wahyu Dhyatmika dan Maryadi Pimpin AMSI Makin Berjaya
- Potensi Kerugian Triliunan WFH di Jabodetabek
- BPH Migas dan Pertamina Salurkan BBM Satu Harga di Papua
Para calon anggota baru ini akan secara resmi diterima sebagai anggota pada 1 Januari 2024. Ramaphosa dan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva membuka peluang penerimaan anggota baru lainnya di masa depan. “Kami memiliki kesepakatan mengenai tahap pertama dari proses perluasan ini, tahap lainnya akan menyusul,” ujar Ramaphosa.
Lula mengatakan janji-janji globalisasi telah gagal. Dia menyebut sudah waktunya merevitalisasi kerja sama dengan negara-negara berkembang karena “ada risiko perang nuklir,” yang tampaknya mengacu pada ketegangan yang semakin meningkat antara Rusia dan Barat terkait konflik di Ukraina.
Dilansir dari Reuters, Kamis 24 Agustus 2023, Presiden UEA, Mohammed bin Zayed, yang negaranya sudah menjadi anggota Bank Pembangunan Baru (NDB) blok tersebut, antusias membawa UEA menjadi anggota baru.
“Kami menantikan komitmen kerja sama yang berkelanjutan untuk kemakmuran, martabat, dan manfaat bagi semua negara dan masyarakat di seluruh dunia,” tulisnya di platform pesan X.
Seimbangkan Tatanan Dunia
Debat mengenai perluasan telah menjadi topik utama dalam agenda KTT tiga hari yang berlangsung di Johannesburg. Meskipun semua anggota BRICS secara publik menyatakan dukungan terhadap pertumbuhan blok ini, terdapat perbedaan di antara para pemimpin mengenai seberapa besar dan seberapa cepat perluasan.
Meskipun memiliki sekitar 40% dari populasi dunia dan seperempat dari produk domestik bruto global, kegagalan anggota BRICS untuk sepakat pada visi yang koheren untuk blok ini telah lama membuatnya kurang berpengaruh dalam peran politik dan ekonomi global.
“Perluasan keanggotaan ini merupakan momen bersejarah,” kata Presiden China, Xi Jinping, dalam pidato menyusul pengumuman perluasan BRICS. “Hal ini menunjukkan tekad negara-negara BRICS untuk bersatu dan berkerjasama dengan negara-negara berkembang yang lebih luas.”
Lebih dari 40 negara telah menyatakan minat untuk bergabung dengan BRICS, menurut pejabat-pejabat Afrika Selatan. Sebanyak 22 negara secara resmi meminta untuk diterima sebagai anggota.
Mereka mewakili beragam kelompok calon anggota yang sebagian besar termotivasi oleh keinginan untuk mengimbangi lapangan bermain global yang banyak dianggap curang terhadap mereka.
Mereka tertarik dengan janji BRICS untuk mengimbangi badan-badan dunia yang didominasi oleh Amerika Serikat dan negara-negara kaya lainnya di Barat.
Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengatakan bahwa perluasan blok ini harus menjadi contoh bagi lembaga-lembaga global lain yang didirikan di abad ke-20 dan telah menjadi usang. “Perluasan dan modernisasi BRICS adalah pesan bahwa semua lembaga di dunia perlu membentuk diri sesuai dengan perubahan zaman,” katanya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 25 Aug 2023