Industri Makanan dan Minuman Topang Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Industri Makanan dan Minuman Berhasil Berkontribusi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional Secara Signifikan (Istimewa)

JAKARTA – Industri Makanan dan Minuman (Mamin) menjadi salah satu penopang bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Meskipun di tengah tekanan dampak pandemi COVID-19, kinerja Industri Mamin tetap gemilang sebagai sektor kritikal yang tetap dijaga produktivitasnya.

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika menyebutkan bahwa PDB Industri Mamin tumbuh positif sebesar 3,49 persen pada Triwulan III 2021 seiring pertumbuhan ekonomi nasional yang kembali tumbuh positif menyentuh angka 3,51 persen.

“Industri Mamin juga merupakan salah satu sektor yang memiliki permintaan tinggi ketika pandemi karena masyarakat tetap perlu mengonsumsi asupan bergizi untuk meningkatkan imunitas tubuhnya dalam upaya menjaga kesehatan,” katanya dalam rilis yang dikutip, Rabu, 15 Desember 2021.

Baca Juga:

Dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, meningkatnya kontribusi PDB Industri Makanan dan Minuman terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas mencapai 38,91 persen pada periode yang sama.

“Sepanjang bulan Januari-September 2021, total nilai ekspor industri mamin mencapai USD32,51 miliar atau meningkat 52 persen dibanding periode yang sama tahun 2020. Neraca perdagangan Industri Mamin selama sembilan bulan ini surplus sebesar USD22,38 miliar,” ungkapnya.

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin mengemukakan bahwa pemerintah berserta pelaku industri tetap harus bersiap mengantisipasi dan mengatasi tantangan ketersediaan pangan dan energi walaupun sektor Industri Makanan dan Minuman menunjukan tren pertumbuhan yang positif.

Pasalnya, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, Industri Makanan dan Minuman merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan pada era industri 4.0.

“Pembatasan kegiatan selama pandemi berpengaruh terhadap lalu lintas barang dan komoditas antarnegara yang berdampak pada persediaan pangan, terutama komoditas yang masih banyak impor, sebagaimana disebutkan dalam laporan Food and Agriculture Organization (FAO),” katanya.

Oleh karena itu, strategi untuk mengatasi tantangan tersebut, di antaranya melalui pembangunan food estate, penyiapan cold storage, dan rantai dingin.

Menurutnya, pelajaran dari krisis energi yang terjadi di dunia saat ini adalah ketidaksiapan sejumlah negara dalam melakukan transisi energi fosil ke energi ramah lingkungan.

“Kita perlu mengantisipasi agar hal ini tidak terjadi di Indonesia,” katanya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Mutia Yuantisya pada 15 Dec 2021 

Bagikan

Related Stories