Ragam
Ini pengakuan Ilmuwan AI Meta, Tolak Tawaran jadi Direktur di Google karena Gaji yang Rendah
JAKARTA - Kepala ilmuwan kecerdasan buatan di Meta, Yan LeCun baru-baru ini membagikan kisah menariknya tentang mengapa dia menolak tawaran menjadi Direktur Penelitian di Google pada tahun 2002.
LeCun men-twit beberapa alasan yang mendasari keputusannya, termasuk ukuran perusahaan dan paket kompensasi yang ditawarkan.
LeCun mengungkapkan bahwa saat itu, gajinya rendah, terutama ketika dia memerlukan uang untuk membiayai kehidupan putranya yang masih remaja. Walaupun gajinya terbilang rendah.
Baca juga:
- Tempat Wisata Menarik Untuk Dikunjungi di Malaysia
- Atasi Kelelahan Kulit Wajah dengan Tips Berikut ini
- Intip Tips Miliki Rumah Lebih Nyaman di Tahun 2024
Pada saat itu, Google masih terbilang muda dengan hanya 600 karyawan belum mendapatkan pendapatan. Oleh karena itu, peran sebagai direktur penelitian di Google bukan hanya melibatkan aktivitas penelitian, tetapi juga tanggung jawab terkait strategi dan manajemen perusahaan, seperti yang diungkapkan LeCun dalam postingannya.
LeCun, yang meraih Turing Prize pada tahun 2018 karena kontribusinya dalam penelitian, menyampaikan keinginannya untuk kembali fokus pada penelitian di berbagai bidang, termasuk pembelajaran mesin.
Pelopor dalam bidang pembelajaran mendalam ini juga menyebut bahwa keluarganya tidak ingin pindah ke California pada waktu itu.
Dia menambahkan bahwa jika dia menerima tawaran dari Google, mungkin dia akan membawa perubahan dalam budaya perusahaan tersebut. Dalam kata-katanya, "Seandainya saya bergabung, saya pikir budaya penelitian di Google akan berbeda. Saya mungkin akan membuatnya sedikit lebih terbuka dan ambisius lebih awal."
Kritik sebelumnya terhadap Google menyebutkan bahwa perusahaan ini terlalu lambat dan berhati-hati dalam pengembangan kecerdasan buatan.
Suksesnya ChatGPT yang didukung oleh Microsoft dilaporkan menjadi sorotan di Google. Sebagai respons, Google merilis produk bersaing untuk beberapa produk OpenAI, termasuk chatbot bertenaga AI milik mereka untuk bersaing dengan ChatGPT.
Perkembangan ini mencerminkan persaingan sengit di dunia pengembangan kecerdasan buatan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 06 Jan 2024