GayaKito
Intip Strategi Bisnis Brand Mewah, Meskipun Harga Fantastis Tetap Digandrungi
JAKARTA - Selama berabad-abad, brand atau merek mewah telah menjadi simbol status, kekuatan, kelas dan gaya sebut saja Gucci, Ferrari.
Dari dulu sampai sekarang, merek-merek mewah telah digunakan oleh kaisar, taipan bisnis, sampai individu yang kaya raya selama beberapa generasi. Meski barang-barang dari merek mewah ini dijual dengan harga fantastis, produk keluaran brand mewah atau desainer tetap diminati dan laris terjual.
Lalu, mengapa merek-merek mewah tetap diminati?
Kelangkaan dan Eksklusivitas
Seperti yang dilansir dari laman Entrepreneur, jika sebuah merek tersedia untuk semua orang, maka barang dari merek tersebut belum tentu menjadi sesuatu yang menjadi impian orang. Pada umumnya, orang-orang cenderung mendambakan sesuatu yang sulit untuk didapat.
Baca juga:
- Inilah Organisasi Sosial Warisan Almarhum Eril, JBZ
- Pemerintah Bakal Kenakan Bea Meterai untuk Jual-Beli Online
- Jenazah Putra Ridwan Kamil, Emeril Kahn Mumtadz (Eril) Tiba di Indonesia
Jika tersedia secara massal, maka semua orang bisa memilikinya dan tidak ada lagi kesan eksklusif. Kelangkaan dan eksklusif memang berjalan beriringan, seperti yang dilakukan oleh Ferrari di mana merek tersebut hanya memproduksi 7.255 unit pada 2014.
Selain itu, merek-merek terkenal ini memiliki ciri khusus baik dari segi cara pengerjaannya, harga barang, daftar tunggu yang panjang, dan negara tempat pembuatannya. Seperti yang Anda ketahui, orang Italia memang dikenal selalu stylish, hal itulah yang menjadi alasan mengapa sebagian besar merek fashion berasal dari Italia.
Simbol Status
Produk dari brand mewah sering dibeli karena dapat menjadi simbol status orang yang membawanya. Contohnya, ada beberapa orang yang menganggap bahwa mobil BMW menjadi simbol kesuksesan.
Distribusi Terbatas
Merek yang memproduksi barang untuk konsumen biasa biasanya memproduksi dalam skala massal dan mendistribusikannya secara luas sehingga produk mudah didapat. Akan tetapi, cara distribusi produk brand mewah justru berlawanan.
Kuncinya adalah, dengan memproduksi lebih sedikit dari permintaan dan memiliki daftar tunggu untuk membelinya. Merek-merek mewah biasanya dijual di toko perusahaan mereka sendiri, di mana perlakuan VIP khusus diberikan kepada pelanggan mereka.
Contohnya toko BMW di Munich merupakan contoh di mana pelanggan dapat merasakan mobil tersebut sebelum membelinya.
Pengalaman dan Kepemilikan
Pengalaman dimulai bahkan sebelum pelanggan memasuki toko produk mewah dan tidak hanya berakhir dengan penjualan.
Strateginya yaitu dengan membangkitkan rasa kepemilikan dengan membentuk lingkaran eksklusif yang hanya dimiliki oleh segelintir orang saja, seperti Harley-Davidson Owners Group (HOG), dan Beetle Owners Club.
Baca juga:
- AJI Indonesia Ditetapkan Dewan Pers sebagai Lembaga Penguji UKJ Pertama Berbasis Digital
- Beres.id Terdampak Induk Perusahaan yang Hentikan Operasional
- Kemendag Distribusikan Minyak Goreng Curah Rp14.000 per Liter, Melalui Aplikasi Si Mirah
Oleh karena itu, bisnis merek mewah bisa sangat menarik dan dinamis. Saat membangun bisnis, sangat masuk akal untuk berpikir dan memutuskan bagaimana memposisikan merek yang kita bangun. Penting untuk diingat bahwa kita tidak hanya menjual produk, tapi semua emosi yang terkait dengannya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Justina Nur Landhiani pada 12 Jun 2022