Intip Yuk Jenis Ikan di Wilayah Garis Wallace dan Garis Weber

(null)

JAKARTA – Indonesia  adalah negara kepulauan yang sangat luas. Secara geografis, Indonesia terletak di sepanjang garis khatulistiwa dan diapit oleh dua benua, yaitu Australia dan Asia.

Letaknya yang strategis ini menjadikan Indonesia memiliki banyak keanekaragaman hayati yang meliputi pulau-pulau dari ujung Sumatera hingga wilayah Papua.

Garis Wallace

Mengutip buku IPS Terpadu untuk Kelas VII SMP oleh Nana Supriatna (2016: 27), dijelaskan garis Wallace merupakan garis pemisah antara wilayah fauna tipe Asiatis dengan tipe peralihan. Garis Wallace ini membentang dari Selat Lombok melalui Selat Makassar dan berakhir di bagian selatan Filipina.

Baca juga:

Kawasan fauna di Indonesia barat atau tipe Asiatis mencakup Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Fauna kawasan sering disebut sebagai fauna Tanah Sunda. Karakteristik fauna Asiatis termasuk mamalia besar, berbagai jenis kera, berbagai jenis ikan air tawar, sedikit burung berwarna, dan berbagai jenis reptil.

Di sisi lain, kawasan fauna Indonesia tengah atau tipe peralihan meliputi Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku. Fauna di wilayah ini cenderung endemik dan terdapat beberapa spesies yang mirip dengan fauna Australis.

Wilayah fauna tipe peralihan dikenal sebagai wilayah fauna Kepulauan Wallacea. Persebaran fauna di wilayah ini dibatasi oleh dua garis geografis, garis Wallace di barat dan garis Weber di timur.

Garis Weber

Garis Weber adalah garis batas yang memisahkan wilayah fauna tipe peralihan dengan tipe Australis. Garis ini membentang dari Laut Arafura melalui Laut Banda dan berakhir di Laut Maluku. Wilayah persebaran fauna tipe peralihan atau Kepulauan Wallacea dibatasi garis Weber di timur dan garis Wallace di barat.

Di sisi lain, kawasan fauna Indonesia timur atau tipe Australis mencakup Kepulauan Maluku, Papua, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Wilayah ini sering disebut sebagai wilayah fauna Tanah Sahul.

Ciri-ciri fauna Australis, seperti yang disebutkan dalam Modul Ilmu Pengetahuan Sosial Edisi PJJ oleh Tenia Kurniawati, dkk., (2020: 76), mencakup mamalia berukuran kecil, burung dengan bulu berwarna-warni, hewan berkantung, serta jumlah kera dan ikan air tawar sedikit.

Jenis Ikan pada Wilayah Garis Wallace dan Garis Weber

Fauna Indonesia berdasarkan Garis Wallace dan Garis Weber beserta jenis hewannya, seperti fauna Indonesia Bagian Barat (Tipe Asiatis) salah satunya yaitu jenis ikan tawar dan pesut (sejenis lumba-lumba yang hidup di Sungai Mahakam).

Ikan Mujair

Ikan Mujair adalah jenis ikan air tawar yang umum dikonsumsi. Sebaran alami ikan ini adalah di perairan Afrika dan di Indonesia. Ikan ini pertama kali ditemukan oleh Mr. Jubaer di muara Sungai Serang, pantai selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1933. Meskipun begitu, bagaimana ikan tersebut bisa sampai ke muara terpencil di selatan Blitar Jawa Timur tetap menjadi misteri. Sebagai penghormatan kepada penemunya, ikan tersebut dinamai mujaer.

Dikutip dari rekoforest.org, ikan mujair dewasa bisa mencapai panjang hingga 40 cm (16 inci) dan berat mencapai 2 kg (4,5 lbs). ikan mujair jantan cenderung tumbuh lebih besar dan lebih cepat daripada betina. Meskipun kurang berwarna, ikan ini memiliki sirip punggung yang panjang dan khas dengan duri di ujungnya.

Asalnya dari Afrika Tenggara, mujair biasanya menghuni perairan yang mengalir lambat seperti sungai, kanal, dan anak sungai. Mereka juga dapat ditemukan di hulu muara dan laguna pesisir. Ikan ini kuat dan mudah beradaptasi, dapat hidup di berbagai tempat termasuk selokan perkotaan dan air asin. Kemampuan adaptasinya terhadap berbagai habitat telah membuat mujair tersebar luas dengan sukses.

Ikan mujair memiliki umur hidup (dan kadang-kadang lebih dari) 10 tahun. Mereka memiliki banyak kesamaan dengan nila, termasuk kebiasaan membiak di mana jantan membuat sarang untuk betina yang mengerami telur di mulutnya. Namun, mujair lebih lama merawat anak-anak mereka daripada kebanyakan ikan lainnya, yang diyakini menciptakan ikatan sosial antara mujair dewasa dan ikan muda.

Mujair adalah pemakan segala, atau omnivora. Mereka dapat memakan ganggang, tanaman, invertebrata, dan terkadang ikan lainnya. Kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan berbagai sumber makanan ini memungkinkan mereka menyebar luas di berbagai lingkungan yang berbeda.

Ikan Arwana Asia

Dikutip dari ppid.serangkota.go.id, Arwana Asia secara ilmiah dikenal sebagai Scleropages formosus atau Siluk Merah, adalah salah satu spesies ikan air tawar yang berasal dari Asia Tenggara.

Ikan ini memiliki tubuh panjang dengan sirip dubur yang terletak jauh di belakang badannya, dan bersifat predator seperti kerabat dekatnya, ikan Arapaima gigas. Arwana Asia juga sering disebut sebagai Ikan Naga karena sering dikaitkan dengan naga dalam Mitologi Tionghoa.

Arwana termasuk dalam keluarga Osteoglossidae, yang juga dikenal sebagai bonytongues. Arwana sebenarnya termasuk jenis ikan purba yang hingga kini belum punah. Beberapa nama lain yang melekat padanya termasuk ikan siluk, ikan kayangan, ikan kalikasi, dan ikan kelasa.

Arwana Asia merupakan spesies yang berasal dari sungai-sungai di Asia Tenggara, terutama Indonesia. Ikan ini sangat populer dan banyak dicari karena keindahan warna dan bentuknya yang memukau.

Arwana Super Red berasal dari berbagai lokasi di Provinsi Kalimantan Barat, seperti Sungai Kapuas dan Danau Sentarum, yang merupakan habitat utama bagi Super Red. Pada ikan muda, warna merah yang khas terlihat pada sirip, bibir, dan sungutnya.

Menjelang dewasa, warna merah mulai tersebar di bagian-bagian tubuh lainnya, terutama di tutup insang dan pinggiran sisik, sehingga keseluruhan tubuhnya tampak berwarna merah.

Ikan Arwana merah terbagi menjadi empat varietas yaitu, Merah Darah (Blood Red), Merah Cabai (Chili Red), Merah Orange (Orange Red), dan Merah Emas (Golden Red).

Keempat varietas ini umumnya diklasifikasikan sebagai Super Red atau Merah Grade Pertama (First Grade Red), meskipun seiring waktu istilah super red lebih sering mengacu pada Merah Cabai dan Merah Darah. Varian dua terakhir cenderung dianggap sebagai Super Red dengan grade yang lebih rendah.

Pesut

Pesut Mahakam dengan nama ilmiah Orcaella brevirostris, adalah mamalia akuatik mirip lumba-lumba yang hidup di perairan tawar. Di Indonesia, persebarannya sangat terbatas. Seperti namanya, habitat utama pesut ini adalah di Sungai Mahakam di Provinsi Kalimantan Timur, tetapi populasinya hanya terkonsentrasi di bagian tengah sungai.

Dikutip dari, indonesia.go.id, International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah mengkategorikan pesut Mahakam sebagai critically endangered (sangat terancam punah) dan memasukkannya dalam Appendix I CITES.

Beberapa sumber menyebutkan, habitat pesut Mahakam tidak hanya terbatas di Sungai Mahakam. Mereka juga ditemukan di perairan Danau Jempang di Kabupaten Kutai Barat, serta Danau Semayang dan Danau Melintang di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Selain itu, ada perbedaan pada bentuk tengkorak dan sirip antara spesies ini. Kepala pesut Mahakam bulat seperti umbi dengan mata kecil, tubuhnya polos tanpa motif khas, dan sirip punggungnya kecil serta bundar di bagian belakang tengah punggung.

Sirip dada pesut Mahakam lebar dan membulat, serta dahinya bundar tanpa moncong seperti lumba-lumba lainnya. Menurut Animal Diversity, panjang pesut ini berkisar antara 1,5 hingga 2,8 meter dengan berat badan antara 114 kg sampai 133 kg.

Pesut Mahakam adalah karnivora yang memakan ikan, moluska, dan hewan krustasea. Hewan ini memiliki umur yang cukup panjang, dapat hidup hingga 28 tahun, bahkan ada yang mencapai usia 30 tahun.

Musim kawin pesut Mahakam berlangsung dari Desember hingga Juni, di mana pesut jantan bersaing untuk mendapatkan betina. Betina kemudian mengalami periode kehamilan antara 9-14 bulan dan hanya melahirkan satu anak dalam setiap periode. Periode kehamilan ini hanya terjadi setiap tiga tahun sekali.

Organ reproduksi pesut Mahakam matang pada usia sekitar 3-6 tahun. Saat lahir, anakan pesut memiliki panjang 96 cm dan berat 12,3 kg. Dalam tujuh bulan pertama, menurut laman Animal Diversity, anakan pesut akan mengalami pertambahan panjang sebesar 59% dan peningkatan berat hingga 266%.

Pesut Mahakam hidup berkelompok, dengan satu kelompok terdiri dari tiga hingga enam individu. Meskipun hidup berkelompok, pesut ini juga bersosialisasi dengan kelompok lainnya. Seperti lumba-lumba lainnya, pesut Mahakam dikenal sebagai hewan yang cerdas.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 07 Jul 2024 

Bagikan

Related Stories