Investor Peringatkan Ekonomi AS Bisa Mandek, Kenaikan Suku Bunga

Pegawai menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di gerai penukaran mata uang asing PT Ayu Masagung, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Cadangan devisa di Bank Indonesia merosot demi stabilisasi nilai tukar rupiah.. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.

WASHINGTON - Investor Shark Tank Robert Herjavec mengatakan, kekhawatirannya akan kenaikan suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Sentral AS, The Fed. Ia memperingatkan menaikkan suku bunga terlalu cepat untuk menghancurkan inflasi bisa menempatkan ekonomi AS dalam bahaya serius.

Herjavec menekankan bahwa lebih khawatir pada dorongan gila dengan suku bunga daripada tentang kenaikan harga seperti dikutip TrenAsia.com dari Insider Rabu, 12 Oktober 2022.

Seperti diketahui, Inflasi AS  telah melonjak tahun ini dan  mencapai level tertinggi dalam 40 tahun. Angkanya mencapai  9,1% pada  Juni dan tetap di atas 8% pada bulan Agustus. Sebagai tanggapan, The Fed telah menaikkan suku bunga dari hampir nol di bulan Maret ke kisaran 3% -3,25% hari ini.

Baca Juga :

Herjavec mempertanyakan mengapa bank sentral AS menyetujui tiga mega-kenaikan masing-masing 75 basis poin dalam beberapa bulan terakhir, ketika ada tanda-tanda inflasi mulai mereda dengan sendirinya.

Karena itu, Herjavec memperingatkan bahwa pengetatan cepat kebijakan moneter The Fed mengancam akan mencekik ekonomi AS yang kuat.

“Konsumen terus belanja, barang modal naik, pelanggan saya, perusahaan, masih belanja. Tapi mau tidak mau suku bunga harus mengejar itu. Saya khawatir kita akan menabrak tembok, dan suku bunga akan mengejar kita, dan semuanya akan berhenti," tambahnya.

Sekadar informasi, Herjavec merupakan salab satu investor yang memprotes kebijakan The Fed dalam menaikkan suku bunga.

Sebelumnya, sejumlah investor lain yang terbaru dalam barisan panjang komentator pasar yang menyarankan The Fed bertindak terlalu jauh dalam memerangi inflasi.

Investor elit k Ray Dalio dan Bill Gross  serta sejumlah akademisi terkemuka termasuk Jeremy Siegel dan Paul Krugman  berpendapat bahwa risiko bank sentral melakukan lebih banyak kerugian daripada kebaikan dengan menaikkan suku bunga yang jauh lebih tinggi.

Di sisi lain, mantan kepala Departemen Keuangan Larry Summers telah meminta pejabat Fed untuk terus menaikkan suku bunga. Ia khawatir inflasi yang membandel akan berdampak buruk pada ekonomi AS.

Herjavec memperkirakan pada bulan Mei bahwa penurunan pasar akan berlanjut. Investor yang cemas mengirim saham turun 20% hingga 30% lagi. 

Diketahui, S&P 500 dan Nasdaq keduanya merosot sekitar 9% sejak saat itu, memperpanjang penurunan tahun ini masing-masing menjadi 25% dan 33%.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rizky C. Septania pada 12 Oct 2022 

Bagikan

Related Stories