Kabar dari Grafik Kanker Payudara yang Makin Naik

Ilustrasi (pexel.com)

Penulis : Hana Naemi Nainggolan, Shanti Oktaviandi, dan Nafisah Shakira Putri Yarna
Mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat 
FKM Universitas Sriwijaya 
Editor : Nafisah Shakira Putri Yarna


PENGERTIAN Kanker Payudara

Menurut Kemenkes, kanker adalah tumbuhnya sel abnormal bersifat ganas dengan cepat dan tidak terkendali menyebar ke tempat lain namun tidak mennular ke orang lain dan mennyebabkan kematian.

Kanker payudara adalah pertumbuhan sel kanker yang terdeteksi pada jaringan payudara. Kanker payudara tumbuh di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus) atau di saluran (daktus) yang membawa air susu dan jaringan ikat di payudara.

Kanker payudara sendiri merupakan kanker dengen kasus kematian tertinggi setelah kanker leher rahim dan sering ditemui kasusnya pada wanita.  Menurut data yang telah dikumpulkan WHO (2018), populasi penderita kanker payudara sebesar 80.653.000 kasus. Pada negara berkembang terdapat 58.256.000 kasus kanker payudara dan 22.692.000 diantaranya berujung kematian.

Tiap tahunnya kanker payudara berdampak terhadap 2,1 juta perempuan. Angka kejadian kanker payudara tertinggi diderita oleh rentan usia 40-49 tahun, lalu disusul oleh rentan usia 35 tahun. 

Gejala dan penyebab kanker payudara

Pada setiap stadium, gejala dan tingkat keparahan meningkat secara bertahap. Pada stadium awal, terdapat benjolan kecil di dada yang tidak menimbulkan nyeri.

Di stadium lanjut, bentuk puting payudara menjadi tidak beraturan.Terbentuk benjolan yang mengeras dan membesar, terasa nyeri saat disentuh. Gejala lain adalah puting yang sebelumnya berwarna merah muda menjadi kecokelatan, mengeluarkan darah, nanah, atau cairan encer. Pada wanita tidak hamil, puting akan mengerut seperti kulit jeruk.
 

Penyebab kanker payudara biasanya berasal dari saluran atau kelenjar susu, atau semua jaringan payudara yang berkembang di luar kendali. Beberapa faktor risiko berhubungan dengan perkembangan penyakit seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan, menarche dini, usia pertama kali melahirkan, aborsi, lemak dalam pola makan, obesitas, paparan radiasi, riwayat keluarga dan faktor genetik, menopause, menyusui, adanya tumor jinak, pil kontrasepsi, umur, dan jenis kelamin.

Pencegahan dan pengobatan

Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui tiga tingkatan yaitu primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dilakukan dengan meniadakan segala faktor penyebab risiko yang bertujuan agar tidak ada orang yang terkena kanker. Pencegahan sekunder dilakukan melalui screening kanker payudara yang bertujuan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

Upaya screening dini meliputi pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), pemeriksaan payudara klinis (SADANIS), mamografi, dan MRI (Kemenkes RI, 2017). Pencegahan tersier adalah upaya untuk mencatat orang yang terkonfirmasi mengidap kanker payudara.

Pengobatan kanker payudara dapat dilakukan menurut tingkatan stadium. Stadium 0 dapat diobati dengan prosedur operasi pengangkatan sel kanker dan dilanjutkan dengan terapi. Stadium 1 dapat dilakukan pengangkatan sel kanker dan terapi radiasi. Pada stadium 2, pengobatan dilakukan dengan pengangkatan tumor, terapi radiasi, pengangkatan payudara, kemoterapi, dan terapi hormon. Pada stadium 4, pilihan pengobatan yang dapat dilakukan adalah terapi hormon, terapi bertarget, terapi radiasi, kemoterapi, dan pembedahan (Ganesha Medicina Journal).

Program dan upaya pemerintah

Sejak tahun 2015, Kemenkes menjalin kerja sama dengan YKPI (Yasasan Kanker Payudara Indonesia) dalam penanganan kanker payudara. Program yang dilaksanakan adalah promosi slogan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis). Dalam menjalankan programnya, Kemenkes dan YKPI dibantu oleh tenaga promosi kesehatan di tiap lapisan daerah.

Tahun 2016-2021, pemerintah memiliki Strategi Nasional Penanggulangan Kanker Payudara Indonesia yang terdiri dari 3 pilar yaitu promosi kesehatan, deteksi dini, dan tata laksana kasus. Hasilnya sebanyak 2.827.177 perempuan usia 30-50 tahun atau 6,83% telah melakukan deteksi dini.

Tahun 2022, strategi pemerintah bertambah menjadi 4 pilar, yaitu promosi kesehatan, perlindungan khusus, deteksi dini, dan penanganan khusus.

Kemenkes juga menjalin kerja sama baru dengan pihak swasta,PT Uni Charm Indonesia. Kerja sama tersebut meluncurkan slogan promosi baru, yaitu “SADARI setelah menstruasi”.

Slogan tersebut mengajak wanita untuk melakukan deteksi dini minimal sebulan sekali setelah menstruasi.

Upaya generasi muda

Generasi muda memiliki bagian dalam program pencegahan kanker payudara. Sebagai bagian dari masyarakat, generasi muda perlu memiliki pemahaman tentang kanker payudara, meliputi dampak, penyebab, penanganan, dan pengobatannya. Sebagai bagian dari masyarakat, generasi muda dapat menyampaikan pencegahan dan penanangan kanker payudara kepada orang-orang di sekitar secara langsung atau melalui media sosial.

Generasi muda dapat lebih bijak menyikapi berita hoaks tentang kesehatan, termasuk tentang kanker payudara yang banyak tersebar di media sosial. Survei Masyarakat Telekomunikasi pada 2017 menyebutkan bahwa terdapat 41,2% berita hoax terkait tentang informasi Kesehatan.

Dampak hal tersebut adalah banyak pasien kanker payudara terlambat mendapat pengobatan secara medis. Keterlambatan pengobatan pasien kanker payudara menyebabkan tingkat kesembuhan pasien semakin rendah.

 

 

 

 

Tags Kanker payudaraBagikan

Related Stories