BucuKito
Kebakaran 5 Ulu Palembang Sisakan Cerita Pilu
PALEMBANG, WongKito.co - Diah (36) sedang menemani ketiga anaknya bermain di tepian Sungai Musi ketika para tetangga memberitahu adanya kebakaran, pada Sabtu (01/04/23) pagi. Sontak ia menangis histeris ketika mendapati api sudah membesar di rumahnya, Lorong Siliwangi Kelurahan 5 Ulu, Seberang Ulu I Palembang.
Lantai dua dan bagian belakang rumah kayu milik keluarga Diah dilalap api. Rumah-rumah terdekat juga terbakar, termasuk rumah panggung tua peninggalan zaman belanda. “Saat itu yang terlihat hanya api, di situ saya cuma bisa nangis,” kata Diah.
Akses jalan yang sempit sulit dijangkau segera oleh mobil pemadam kebakaran (Damkar). Warga setempat berupaya membantu memadamkan api dengan alat seadanya. Berkat air sungai yang pasang, pemadaman api menjadi cepat terbantu. Petugas Damkar pun menggunakan pompa apung dan selang yang dibawa masuk ke lokasi padat penduduk tersebut.
Sudah tiga hari berlalu. Pihak RT setempat mencatat ada 10 rumah rusak ringan dan tujuh rumah rusak berat, salah satunya adalah rumah keluarga Diah.
Rumah milik orangtuanya ini tersisa satu ruangan depan yang masih utuh dengan pintu dan jendela. Ruangan itulah yang dijadikan tempat berteduh dan menyimpan barang yang bisa diselamatkan. Itupun terlihat sudah beratap terpal.“Terpalnya dapat dari bantuan dan posisi rumahnya sudah miring. Tinggal tunggu masanya (roboh) itu,” ujarnya.
Siang itu, Diah dan anak-anaknya mengungsi di rumah tetangga terdekat. Anak batitanya terlihat mengantuk. Diah pun segera berlari ke dapur umum untuk membuat susu. Dia menuturkan, susu yang dibuat ini adalah kental manis. Sudah beberapa hari ini dia berikan ke anaknya karena murah.
“Biasanya anak saya yang kecil ini kalau mau tidur diayun di lantai dua rumah kami. Tapi sudah tidak ada lagi ayunan gantungnya, sudah habis terbakar.”
Lokasi kebakaran terpantau masih dikunjungi orang-orang pasca kebakaran. Beragam bantuan seperti kasur, lemari, hingga kotak-kotak berisi bahan makanan terlihat disimpan sementara di dekat dapur umum. Diah mengakui, tentu bukan inginnya untuk mendapatkan bantuan seperti ini. Namun, baju yang ia pakai saat ini saja juga bantuan dari saudara. Menurutnya, musibah ini memberikan hikmah besar untuk bersabar.
Selain pemenuhan kebutuhan yang mendesak, Diah berharap bisa dimudahkan untuk pembuatan baru surat-menyurat seperti akta kelahiran anak. Sebab, anaknya yang kedua bersiap masuk sekolah tahun ini.
Syarif Abidin, ayah Diah menambahkan, sudah banyak bantuan yang datang, dari tokoh masyarakat hingga pejabat. Namun dia berharap ada bantuan nyata untuk mendirikan tempat tinggal baru untuk keluarganya. “Saya sementara tidur di kursi depan rumah tetangga inilah,” ujarnya. (*)