Ekonomi dan UMKM
Kementan Minta Ditinjau Ulang RPP Pengaturan Produk Tembakau.
Jakarta, Wongkito.co - Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) mengenai pengaturan produk tembakau. Kementerian Pertanian (Kementan) menyarankan ditinjau ulang sejumlah pasal terkait.
Lebih lanjut Kementan mengatakan, ada aturan produk tembakau di RPP Kesehatan dinilai bertentangan dengan UU yang menaungi bidang pertanian serta dapat berdampak pada turunan penyerapan hasil petani. Jumat, 20 Oktober 2023.
Dalam sesi diskusi yang digelar Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) di Jakarta pekan lalu, Ketua Tim Kerja Perkebunan dan Tanaman Semusim Lainnya Kementerian Pertanian (Kementan), Yakub Ginting, mengatakan pihaknya menyoroti beberapa pasal terkait pengaturan produk tembakau di RPP Kesehatan yang berkaitan dengan Kementan, khususnya pasal yang berkaitan dengan perintah diversifikasi bagi para petani tembakau untuk beralih ke tanaman lainnya. Menurutnya, ini bertentangan dengan peraturan yang sudah berlaku sebelumnya.
“Kalau pasal ini muncul di PP Kesehatan, PP ini akan bertentangan dengan UU Budidaya Nomor 22 Tahun 2019,” terangnya.
Yakub menambahkan UU Budidaya Nomor 22 Tahun 2019 mengamanatkan bahwa petani memiliki kebebasan untuk menentukan jenis tanaman untuk dibudidayakan. Selain itu, UU tersebut juga mengamanatkan pemerintah pusat yang menaungi bidang pertanian dan perkebunan untuk melindungi kelestarian wilayah geografis yang memiliki hasil perkebunan yang bersifat spesifik.
Baca juga
- Ketersediaan Jagung Menjamin Pembangunan Industri Perunggasan
- Smelter Nikel Kelas II Batal Dibangun, Pengamat Sebut Langkah Tepat
- Jadi Doodle Google, Yuk Cari Tahu Apa itu Papeda Makanan Khas Papua dan Maluku
“Kami sudah mengusulkan melalui biro hukum Kementan untuk ditinjau ulang. Bahkan kalau bisa langsung dihapus (dari RPP Kesehatan) karena tidak sejalan dengan UU,” tegas Yakub.
Selain itu, pertentangan lainnya terdapat di pasal 439 ayat 1 RPP Kesehatan terkait kemasan rokok yang mengharuskan minimal 20 batang per bungkus. “Analisis kami, kalau rokok itu dikemas minimal 20 batang dalam satu bungkus, kemungkinan nanti akan mengganggu penyerapan tembakau dari petani,” terangnya.
Di kesempatan yang sama, Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah, Wisnu Brata, meminta Kemenkes mengkaji ulang atau mengeluarkan pasal-pasal tembakau dari RPP Kesehatan.
“Kami berharap di tahun politik ini, pemerintah seharusnya lebih bijaksana. Kalau RPP ini disahkan menjadi PP, maka akan membawa dampak besar pada ekonomi petani tembakau. Kalau begini, maka pemerintah akan berhadapan dengan petani tembakau,” tegasnya.
Baca juga
- UIN Raden Fatah jadi Pilot Project, Komitmen Perkuat Akuntabilitas Kemenag
- Pertamina Patra Niaga Ciptakan Bahan Bakar Ramah Lingkungan untuk Pesawat Terbang
- Luncurkan Minuman Kaya Serat dan Vitamin MoreZlimme, ini Penjelasan CEO PT Indo Kosmetika
Wisnu melanjutkan berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah petani petani tembakau di Indonesia mencapai 1,5 juta orang. “Kami, petani tembakau, akan terus melawan sampai titik darah penghabisan karena ini hidup mati kami.”
Ia menambahkan pengaturan produk tembakau di RPP Kesehatan juga sarat dengan kepentingan asing. Sebab, berbagai aturan tersebut dinilai berkaca pada Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang muatannya berfokus pada pelarangan total bagi produk tembakau.
“Aturannya ini sudah plek ketiplek dengan FCTC. Pemerintah (dalam hal ini Kementerian Kesehatan) mencoba mengatur regulasi tembakau dengan meng-copy FCTC,” sindirnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Khafidz Abdulah Budianto