Ekonomi dan UMKM
Ketidak Stabilan Harga Bahan Pokok, Salah Satu Penyumbang Kemiskinan
JAKARTA, WONGKITO.CO - Ketidak stabilan harga bahan pokok, seperti beras, rokok daging ayam hingga telur pendorong kemiskinan di Indonesia.
Harga beras yang tidak stabil masih jadi faktor utama dalam menyumbang kemiskinan di Indonesia, kontribusinya mencapai 23,73%. Seperti kita ketahui ada sekitar 25,9 juta orang miskindi Indonesia per maret 2023 (data BPS). Jumlah itu 9,36% dari total penduduk Indonesia. Rabu, 19 juli 2023.
Di perkotaan, beras juga menjadi bahan pokok yang memengaruhi kemiskinan paling tinggi yakni sebesar 19,35%. Rokok kretek filter berada di urutan kedua dengan kontribusi sebesar 11,34%. Dengan kata lain, jumlah orang miskin berpotensi bertambah apabila harga rokok semakin mahal.
Baca juga
- India Berhasil Luncurkan Roket Luar Angkasa
- Bali Masih Tujuan Utama Wisatawan Mancanegara
- Meningkatkan Fungsi dan Memori Otak, Yuk Ikuti Caranya
Bahan pokok lain yang memberi sumbangan terbesar pada angka kemiskinan yakni telur ayam ras. Jumkahnya mencapai 3,34%. Adapun daging ayam ras menyusul dengan sumbangan 2,93%. Sementara komoditas bukan makanan yang mendorong kemiskinan adalah harga sewa rumah, bensin, listrik, pendidikan, hingga sabun cuci.
Sebelumnya, BPS mengumumkan warga miskin di Indonesia masih ada sebanyak 25,9 juta orang per akhir Maret 2023. Jumlah tersebut mencapai 9,36% dari total penduduk Tanah Air. Angka ini berkurang 460 ribu orang dibandingkan akhir September 2022 yakni sebanyak 26,36 juta orang atau 9,57% dari total jumlah penduduk.
Terpusat di Pedesaan
Sekretaris Utama BPS, Atqo Mardiyanto, mengatakan ada penurunan jumlah warga miskin sebesar 0,21% dari periode September 2022 ke Maret 2023. “Tingkat kemiskinan Maret 2023 lebih rendah bila dibandingkan kondisi September 2022,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Sebagai informasi, orang dimasukkan kategori miskin apabila pengeluarannya di bawah Rp550 ribu per bulan. Saat ini penduduk miskin terbanyak masih terpusat di pedesaan. Jumlah orang miskin di perdesaan tercatat sebanyak 14,16 juta orang, turun 12,22% dibandingkan September 2022 sebanyak 14,38 juta orang.
Sementara jumlah orang miskin di perkotaan tercatat sebanyak 11,74 juta orang di akhir Maret 2023. Realisasi ini turun 7,29% dari 11,98 juta orang miskin di September 2022. Atqo mengatakan tingkat kemiskinan di wilayah perdesaan sudah lebih rendah dari sebelum pandemi. “Sedangkan di perkotaan masih lebih tinggi dibandingkan kondisi sebelum pandemi,” urainya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Chrisna Chanis Cara pada 19 Jul 2023