Kinerja Akan Menurun, Laba Pupuk Indonesia Tahun Ini Diproyeksikan Turun Hampir Rp6 Triliun

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Holding Company, Achmad Bakir Pasaman mengikuti Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR di komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 1 Oktober 2020. Rapat Dengar Pendapat membahas kondisi aktual perusahaan dalam penanganan Covid-19 dan program pemulihan ekonomi nasional, serta profit perusahaan (Capex) dan operasional perusahaan (Opex). Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

JAKARTA – PT Pupuk Indonesia (PTPI) pesimistis dengan perolehan laba tahun ini. Direktur Utama PTPI Bakir Pasaman memproyeksikan kinerja tahun 2023 akan menurun.

Tahun ini, Pupuk Indonesia memperkirakan laba bersih sebesar Rp12,57 triliun, turun Rp5,89 triliun dibandingkan dengan keuntungan pada 2022 Rp18,46 triliun. Bakir menjelaskan, PTPI memperoleh penugasan (PSO) dari pemerintah untuk menyalurkan pupuk ke sektor pangan sebesar 7,86 juta ton. 

Perusahaan juga menyediakan kebutuhan pupuk sektor komersil sebesar 4,07 juta ton. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut PTPI merencanakan untuk  memproduksi pupuk sebesar 12,3 juta ton yang terdiri dari produksi pupuk urea 8,01 juta ton dan pupuk non urea 4,30 juta ton.

“Dengan kebijakan tersebut dan mempertimbangkan asumsi lainnya yang telah ditetapkan dalam RKAP 2023, maka PTPI diproyeksikan akan mencapai laba tahun berjalan sebesar Rp12,57 triliun,” demikian dikutip dari laporan keuangan PTPI tahun 2022, Rabu 21 Juni 2023.

Baca juga :

Kinerja 2022

Asal tahu saja, PTPI berhasil menorehkan kinerja luar biasa sepanjang tahun 2022. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp18,46 triliun, melonjak 246% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp5,32 triliun. Laba PTPI tahun lalu ini juga menjadi yang terbesar selama lima tahun terakhir.

Dari mana sumber keuntungan jumbo tersebut? Dari laporan keuangan PTPI tahun 2022 terungkap, keuntungan besar tersebut berasal dari sejumlah sumber pendapatan. Pertama dari penjualan produk, BUMN pupuk ini mencatat pendapatan sebesar Rp64,49 triliun atau tumbuh 30% daripada tahun sebelumnya sebesar Rp49,31 triliun.

Kedua, ini yang mesti jadi perhatian, PTPI juga menikmati subsidi dari pemerintah sebesar Rp36,10 triliun atau melesat 43% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp25,25 triliun. Jumlah subsidi yang diberikan Pemerintah Republik Indonesia tersebut merupakan yang terbesar selama 5 tahun terakhir.

Di tengah tingginya harga amoniak dan harga gas untuk sektor pupuk yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar US$6 per MMBTU, pada tahun 2022 PTPI mencatat penjualan pupuk PSO sebanyak 7,406,666 ton, turun daripada tahun 2021 sebesar 7,919,045 ton. Sementara pupuk non PSO mencapai 4,157,003 ton dari tahun sebelumnya 4,993,125 ton.

Adapun penjualan amoniak mencapai 1,055,569 ton dibandingkan tahun 2021 sebanyak 988,317 ton. Sedangkan non aminak sebanyak 397,625 ton pada 2022 dibandingan tahun 2021 sebesar 271,693 ton.

Perusahaan juga melaporkan, di tengah kenaikan harga gas sepanjang tahun 2022, rasio konsumsi gas untuk urea sebesar 27,82 MMBTU/ton, sementara untuk amoniak sebanyak 35,77 mmbtu/ton.  

Sacara akumulatif, total volume penjualan PTPI tahun 2022 mencapai 13,017,109 ton, turun 8% daripada tahun 2021 sebanyak 14,172,109 ton.

Berkat lonjakan harga pupuk yang mendorong pendapatan menjulang tinggi, PT Pupuk Indonesia menutup tahun 2022 dengan arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp22,03 triliun, naik 51% daripada tahun sebelumnya Rp14,51 triliun. 

Total aset perusahaan juga naik jadi Rp158,72 triliun dibandingkan 2021 sebesar Rp128,46 triliun. Adapun kas dan setara kas per 31 Desember 2022 mencapai Rp33,46 triliun, melesat daripada Rp17,45 triliun di 2021.    

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Ananda Astri Dianka pada 21 Jun 2023 

Bagikan

Related Stories