Kisah Buruh Angkut Barang, Bertahan Hidup dengan Beban Berat

Seorang buruh angkut tengah memikul bahan makanan menuju kapal di tepian Sungai Musi, pengangkutan bahan pokok ini akan di bawa untuk didistribusikan ke wilayah perairan Banyuasin, Rabu (8/1/2025)) (Foto WongKito.co/Magang2/Angie Putri Permatasari)

Di tengah kerasnya perjuangan hidup, para buruh angkut barang, di Kawasan Pasar 16 Ilir Kota Palembang merupakan kumpulan warga yang sering luput dari perhatian.

Keinginan terbesar mereka hanyalah pulang dengan membawa rejeki untuk menghidupi keluarga tercinta. Tenaga dan keringat mereka menjadi saksi bisu dari kerja keras yang tulus, memastikan barang dagangan sampai ke tujuan dengan tepat.

Salah satu dari buruh tersebut adalah Syarifudin (31), yang telah menjalani pekerjaannya tersebut, hampir satu dekade.

"Tugas utama saya di sini ngangkat barang ke toko-toko dan kadang ikut mengangkut barang ke kapal," katanya, dibincangi, Rabu (9/1/2025).

Baca Juga:

Sejak pagi hingga sore, ia dan rekan-rekannya sibuk mondar-mandir memindahkan barang berat, seperti bahan pangan pokok, seperti beras, makanan ringan, hingga kopi.

Ia bercerita tentang penghasilan yang tidak menentu.

"Kadang saya dapat upah lebih Rp 70 ribu, terkadang kurang dari Rp 50 ribu per hari," katanya sambil tersenyum.

Bagi Syarifudin, memang tidak mudah  menjadi buruh angkut, selama berjam-jam membutuhkan fisik yang kuat  dan tekat yang besar, meski begitu dia mengaku bangga dengan perkerjaanya.

"Mau ngeluh juga untuk apa, pokoknya terima aja. Karena menurut saya rejeki gak akan kemana. Yang penting bersyukur sama Tuhan," tuturnya.(Magang2/Angie)

Editor: Nila Ertina

Related Stories