Ragam
Komunitas Pecinta Aksara Ulu Sumsel, Upaya Anak Muda Lestarikan Tradisi Lokal
PALEMBANG, WongKito.co - Aksara ulu beserta peninggalan naskah-naskah kuno merupakan bukti adanya tradisi tulis-menulis di dalam masyarakat Sumatera Selatan (Sumsel). Sadar dan peduli atas keistimewaan ini, seorang anak muda di Sumsel membentuk komunitas bernama Pecinta Aksara Ulu Sumsel guna melestarikannya.
Aksara ulu yang juga dikenal dengan sebutan aksara kaganga adalah huruf-huruf kuno yang banyak digunakan masyarakat bagian Ulu Sumsel pada masa lalu. Aksara ini banyak ditemukan di media tulis seperti kayu, bambu, kulit hewan, maupun tanduk binatang. Naskah kuno itu umumnya berisi ide, filsafat, hingga pengobatan.
“Tradisi menulis dengan aksara ulu sudah hampir punah. Karena itu, saya ingin memperkenalkan kembali aksara ulu atau surat ulu ke masyarakat Sumsel,” ungkap Pendiri dan Ketua Pecinta Aksara Ulu Sumsel, Nuzunur Ramadona dibincangi wongkito.co, belum lama ini.
Berawal dari mata kuliah aksara ulu yang ia terima saat kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang tahun 2016, Dona mulai mengenal dan mendalami aksara ulu. Dari sana dirinya mulai tertarik untuk melestarikan aksara ulu.
Pada awalnya, diakui Dona, cukup banyak kendala dalam upaya pelestarian aksara ulu. Namun seiring waktu, kendala pelestarian bisa diatasi dengan menemukan metode yang tepat di komunitas yang dia dirikan. Perkumpulan Pecinta Aksara Ulu Sumsel pun diperkuat sebagai wadah belajar aksara ulu ke masyarakat.
Kini, komunitas ini sudah banyak menggelar pelatihan menulis dan membaca aksara ulu di berbagai kesempatan. Pada tahun 2022 lalu dilaksanakan juga pelatihan membuat batik berbahan alam dengan motif-motif ulu yang difasilitasi Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Hadirkan Buku Pedoman Hingga Batik Bermotif Aksara Ulu
Dona dan komunitasnya mengkombinasikan aksara ulu dengan produk-produk kreatif yang biasa dipakai harian masyarakat Sumsel, mulai dari gantungan kunci, papan nama bertuliskan aksara ulu, tas, hingga kain batik dengan desain motif ulu.
“Aksara ulu adalah tradisi tulis khas Sumsel yang banyak berkembang di wilayah huluan Sumsel. Budaya ini harus terus dinamis yaitu harus terus dikembangkan,” katanya.
Dona berharap aksara ulu bisa masuk dalam kurikulum muatan lokal di sekolah-sekolah di Sumsel. Dengan begitu, generasi penerus dapat mengenal dan memahami identitas dan tradisi budaya lokal daerahnya.
“Buku Pedoman Aksara Ulu Sumsel yang saya tulis semoga bisa menjadi pegangan dan pedoman belajar menulis dan membaca aksara ulu Sumsel. Alhamdulillah, buku ini sudah dilihat dan diterima Gubernur Sumsel saat Festival Literasi di Jakabaring tahun 2022,” jelasnya. (yulia savitri)