Kuartal III-2021, Penjualan Emas dan Nikel Kerek Laba Bersih Antam Jadi Rp1,7 Triliun

Karyawan menunjukkan logam mulia di Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis, 23 Juli 2020. Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) pada hari ini, Kamis 23 Juli 2020 dipatok lebih rendah untuk ukuran 1 gram dibanderol Rp977.000, sedangkan pada posisi kemarin, Rabu 22 Juli 2020 sempat menyentuh level baru Rp982.000 untuk ukuran 1 gram, yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah.  PT Aneka Tambang Tbk. melansir penjualan emas di tingkat ritel tetap menggeliat kendati harga emas menyentuh rekor baru. Penjualan secara daring atau online diakui meningkat signifikan dalam tiga bulan terakhir. ( Ismail Pohan/TrenAsia.)

JAKARTA, WongKito.co,  - Anggota Holding BUMN Tambang, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada kuartal ketiga tahun 2021 berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,71 triliun. Laba perseroan meningkat 104,5% dari tahun lau sebesar Rp835,78 miliar.

Laba bersih per saham turut terkerek 104,6% menjadi Rp71,18 per lembar saham dari periode tahun lalu sebesar Rp34,78 per lembar saham.

Direktur Keuangan Antam Anton Herdianto dalam keterbukaan informasi, Jumat, 12 November 2021, mengatakan keuntungan besar yang diperoleh ditopang oleh peningkatan penjualan komoditas, terutama emas dan bijih nikel.

Secara keseluruhan, penjualan pada sembilan bulan pertama tahun ini tercatat mencapai Rp26,48 triliun, naik 46,8% dari dari Rp18,04 triliun tahun lalu.

Baca Juga : Dokter 89 Tahun Akhirnya Gapai Mimpinya Jadi Fisikawan, Berjuang Dua Dekade

Rinciannya, penjualan emas tercatat mengalami kenaikan menjadi Rp17,67 triliun dari Rp12,99 triliun tahun lalu. Sedangkan bijih nikel meningkat menjadi Rp3,25 triliun dari tahun lalu yang hanya Rp663,07 miliar.

Kemudian feronikel juga ikut naik menjadi Rp4,34 triliun, aluminia Rp638,06 miliar, bijih bauksit Rp321,18 miliar, perak Rp90,92 miliar, batu bara Rp11,75 miliar dan logam mulai sebesar Rp526,56 juta.

Sementara di sektor jasa, perseroan juga mendapatkan volume penjualan sebesar Rp143,66 miliar, naik dari tahun lalu Rp115,92 miliar.

Anton menjelaskan, penjualan berupa ekspor ke mitra bisnis tercatat sebesar Rp5,89 triliun, naik dari Rp5,36 triliun tahun lalu.

Untuk ekspor ke pihak berelasi, tercatat sebesar Rp1,37 triliun. Tahun lalu, perusahaan tidak melakukan ekspor. Kemudian ekspor ke pihak ketiga sebesar Rp4,52 triliun, turun dari tahun lalu sebesar Rp5,36 triliun.

Sementara itu, penjualan ke mitra bisnis lokal tercatat sebesar Rp20,59 triliun, melonjak tajam 62,4% dari tahun lalu yang hanya Rp12,68 triliun.

Meski demikian, perusahaan belum bisa memangkas beban pokok penjualan dan beban usaha yang menunjukkan kenaikan menjadi total Rp21,34 triliun, naik dari Rp15,13 triliun tahun lalu. Sedangkan beban usaha naik hampir 100% menjadi Rp2,79 triliun dari Rp1,46 triliun tahun lalu.

Akeselerasi penjualan emiten nikel juga turut mengerek aset menjadi Rp33,3 triliun, tumbuh dari Rp31,73 triliun tahun lalu.

Aset perusahaan terdiri dari liabilitas yang mencapai Rp12,96 triliun dan ekuitas yang tumbuh tipis menjadi Rp20,34 triliun.

Dalam laporan perusahaan, terlihat bahwa kenaikan aset salah satunya disebabkan oleh lonjakan kas dan setara menjadi Rp6,37 triliun dari Rp3,98 triliun tahun lalu.

Sebaliknya, utang perusahaan terlihat naik hampir 100% menjadi Rp1,26 triliun dari Rp672,75 miliar tahun lalu.

Anton memandang bahwa pandemi COVID-19 cukup memberikan dampak negatif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan selama sembilan bulan terakhir.

"Tentunya perusahaan perlu melakukan beberapa penyesuaian atas beberapa
prosedur operasional untuk menaati protokol kesehatan yang berlaku dan memastikan operasional yang optimal dan aman bagi karyawan dan pelanggan," katanya.*

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Daniel Deha pada 12 Nov 2021 

Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories