Langkah Kecil Berharga dari Keluarga Cegah Lost Generation Akibat Stunting

Mencegah Stunting dengan pola makan bernutrisi seimbang (Wongkito.co/Hafidz Trijatnika)

PALEMBANG – Kiki Wulandari (33) membangunkan anak sulungnya, Agni Zaya (6) pagi hari itu. Jam sudah menunjukkan pukul 05.30, waktunya Agni bersiap untuk bersekolah. Selagi Agni mandi, Kiki menyiapkan memasak sarapan dan bekal. Hari itu, menunya telur mata sapi, nasi sangrai margarin, dan tumis sawi putih.

Selagi Agni sarapan sereal dengan susu, Kiki menambahkan bekal Agni dengan buah pir serta susu fermentasi jenama terkenal. Ibu tiga anak tersebut sangat perhatian dengan asupan gizi anak-anaknya, terutama Agni yang sudah memasuki usia sekolah. Dirinya sedikit khawatir anak-anaknya mengalami stunting.

"Anak saya yang sulung badannya memang agak mungil dibanding teman-temannya. Tapi secara kecerdasan apalagi memori pengingatnya sangat bagus," ujar Kiki.

Perempuan yang berprofesi sebagai pedagang jilbab tersebut mengatakan, Agni sejak usia balita sudah terlihat bagus kecerdasan otaknya. Hal tersebut tidak terlepas dari sejak masa mengandung Agni, Kiki disiplin mengonsumsi vitamin dan suplemen untuk perkembangan janin.

Sejak usia satu tahun, Agni sudah bisa menirunya lagu-lagu yang sedang viral. Pada umur dua tahun, Agni sudah bisa diajak berkomunikasi lancar layaknya anak usia di atasnya.

"Dulu karena tahunya stunting itu hanya sekedar tinggi badan, saya sempat khawatir dengan Agni. Tapi setelah cari tahu lebih banyak, Agni tidak menunjukkan gejala lainnya. Mungkin karena faktor keturunan juga ya, katanya saya waktu kecil mungil dan imut juga," kata Kiki seraya berseloroh.

Kiki pun terus melanjutkan kebiasaan memenuhi gizi dan nutrisi kepada dua anaknya yang lain, Alda (3) dan Aura (2). Selain makanan, Kiki pun harus memastikan anak-anaknya cukup mengonsumsi air putih. Dengan minum air putih secara teratur, pencernaan anak-anaknya pun akan lebih bagus.

Gizi bisa terserap dengan baik, serta menghilangkan racun-racun dalam tubuh. Meski terkadang sulit mengatur anak-anaknya yang masih usia balita untuk rutin minum air putih, Kiki tidak menyerah untuk membentuk kebiasaan baik tersebut.

"Kalau ditakar tidak ya, secukupnya saja. Setiap bangun tidur, setelah makan, setelah dan disela mereka bermain atau berkegiatan, harus selalu minum air putih.

Dirinya bersyukur bisa memberikan ASI kepada tiga anaknya secara optimal masing-masing hingga usia 2 tahun. ASI menurutnya, adalah asupan nutrisi terbaik bagi anak agar tidak stunting.

Dengan banyak berselancar di dunia maya dan berkonsultasi dengan ahli, tidak perlu modal besar untuk tetap menjaga gizi dan nutrisi anak-anaknya. Setiap kebutuhan nutrisi dan vitamin sebenarnya, kata Kiki, sudah tersedia pada makanan sehari-hari. Tinggal dirinya sendiri yang meningkatkan literasi tentang apa saja yang terkandung dalam makanan-makanan tersebut supaya pemenuhan nutrisinya seimbang.

"Anak-anak kadang-kadang dikasih vitamin, suplemen, tapi tidak sering. Paling hanya kalau sedang kesehatan menurun atau setelah baru sembuh sakit," kata dia.

Perjuangan pencegahan stunting pada anak pun bukan hanya dilakukan oleh para ibu yang telah memiliki anak. Usaha ibu-ibu hamil pun tidak kalah penting. Seperti yang dilakukan oleh Feny Maulia (27). Saat ini, usia kehamilannya memasuki enam bulan. Selain pemenuhan kalori yang harus dicukupi lebih daripada saat tidak hamil, Feny pun rutin mengonsumsi berbagai suplemen dan vitamin.

"Mulai dari konsumsi sehat sama memenuhi gizi dan vitamin untuk janin jadi salah satu cara mencegah kasus anak kerdil secara dini," kata Feny.

Beberapa suplemen yang saat ini dikonsumsinya yakni vitamin zat besi dan asam folat untuk pertumbuhan tulang dan otak sang jabang bayi. Meski begitu, dirinya pun mengeluhkan harganya yang tergolong mahal.

"Saya rasa, wajar di Indonesia masih banyak kasus stunting karena pemenuhan gizi dan nutrisi saat hamil memang mahal. Tidak semua orang bisa membeli suplemen dan vitamin-vitamin itu," kata dia.

Namun sebenarnya, Feny mengungkapkan, yang paling penting adalah menjaga asupan makanan yang dikonsumsi selama masa kehamilan. Dirinya mengatakan, ibu hamil memerlukan kalori 1.800-2.000 per hari, dibandingkan di masa normal yang hanya 1.200-an.

Cara paling mudah untuk memenuhi asupan kalori dan gizi tersebut yakni dengan cara mengonsumsi buah-buahan, sayuran hijau, dan protein. Bisa dari telur dan daging, dan susu.

"Sebenarnya vitamin itu suplemen untuk memenuhi kebutuhan gizi harian. Kalau pun tidak konsumsi vitamin, sanggup nggak konsumsi makanan sehat sesuai asupan kalori harian tadi," ujar Feny.

Selain itu, dirinya pun menjaga lingkungan terutama rumah untuk tetap bersih dan sanitasi yang baik. Dirinya berujar, lingkungan kotor dan sanitasi buruk pun bisa menjadi pemicu stunting pada anak.

Sementara itu, Corporate Medical Affairs Danone Indonesia, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK mengatakan, masalah stunting pada anak-anak masih menjadi hal serius yang dihadapi bangsa Indonesia.

Wagiu berujar, kasus stunting harus mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius karena bisa berdampak ke penurunan kecerdasan anak.

“Perlu diperhatikan bahwa kekurangan gizi tidak hanya berdampak pada penurunan berat badan tetapi berkurangnya asupan energi ke otak. Pertumbuhan otak 80 persen terjadi ketika dua tahun pertama pertumbuhan anak, sehingga selama periode ini penting bagi anak mendapatkan asupan gizi yang cukup agar otak bisa berkembang maksimal,” ujar Wagiu.

Pentingnya pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memastikan pemahaman dari masyarakat Indonesia tentang cara pemenuhan nutrisi yang tepat. Dengan memberikan literasi yang tepat kepada keluarga dan para calon ibu, setiap keluarga dapat berperan aktif dalam pencegahan stunting di Indonesia yang dapat menyebabkan Lost Generation pada 20-30 tahun ke depan.

Lost Generation merupakan kondisi di mana suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang tidak berkualitas, yang dapat menyebabkan kemunduran di segala lini bidang. Hal tersebut dapat disebabkan oleh stunting yang mempengaruhi gangguan kognitif dan memiliki nilai IQ yang lebih rendah dibandingkan dewasa yang tidak pernah mengalami malnutrisi. (Hafidz)

Editor: Hafidz Trijatnika
Hafidz Trijatnika

Hafidz Trijatnika

Lihat semua artikel

Related Stories