Larangan Ekspor Bauksit, Antam Siapkan Strategi

Larangan Ekspor Bauksit, Antam Siapkan Strategi (Ist)

JAKARTA, Wongkito.co - Pemerintah Indonesia resmi tanggal 10 juni 2023 yang lalu melarang ekspor Bauksit. Ini merupakan upaya hilirisasi yang dilakukan pemerintah agar menambah nilai tambah. Senin 19 juni 2023.

Untuk itu perlu strategi dalam mengantisipasi aturan larangan tersebut. Emiten tambang pelat merah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang mengekspor bauksit memaparkan strateginya.

Direktur Pengembangan Usaha Antam, I Dewa Bagus Wirantaya mengungkapkan, akan memperkuat pasar domestik serta kerja sama dengan salah satu BUMN China.

"Caranya perkuatan di pasar domestik, saat ini smelter aluminer yang ada di Indonesia jumlah yang terbatas dan hal ini sudah kami antisipasi," ujar Dewa dalam konferensi pers di Jakarta.

Baca juga

Antam mengaku telah memiliki kontrak jangka panjang dengan Borneo Alumunia Indonesia sehingga pihaknya dapat mengopimalkan kapasitas produksi hingga 2 juta ton pada 2023. Dewa menambahkan, Antam juga bakal memperkuat kerja sama dengan BUMN asal China, Chalco, untuk mendirikan smelter Chemical Grade ALumina (CGA).

Pengaruh Penyetopan Ekspor Bauksit

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam Elisabeth RT Siahaan menyebut, pengaruh penyetopan ekspor bauksit pada pendapatan perusahaan masih terbilang kecil, yaitu di bawah 3%.

"Kontribusi bauksit di ANTAM selama ini memang relatif kecil dari sisi pendapatan, di bawah 3 persen dan ini adalah komoditas masa depan. Jadi kalau saat ini tidak ekspor, tidak terlalu berpengaruh pada perusahaan secara menyeluruh pada 2023," lanjutnya

Baca juga

Terkait komoditas bauksit, pihaknya juga terus berfokus dalam pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang dikembangkan bersama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) dengan kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGAR per tahun.

Berdasarkan segmentasi komoditas, penjualan emas menjadi kontributor terbesar terhadap total penjualan bersih ada kuartal I-2023 sebesar Rp7,01 triliun atau 60%, disusul bijih nikel sebesar Rp2,98 triliun atau 26%, feronikel sebesar Rp1,20 triliun atau 10%, serta segmen bauksit dan alumina sebesar Rp326 miliar hanya 3%.

Editor: admin

Related Stories