Lele dan Maggot Jadi Peluang Usaha Hijau yang Minim Modal

Maggot (FIKKA - Universitas Airlangga)

JAKARTA, WongKito.co - Budidaya lele dengan pakan berbasis maggot mampu dijadikan sebagai alternatif usaha perikanan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Konsep usaha ini minim modal, sekaligus berkontribusi dalam pengelolaan sampah organik, sehingga memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan secara bersamaan.

Maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF) dikenal memiliki kandungan protein tinggi yang sangat baik untuk pertumbuhan ikan lele. Penggunaan maggot sebagai pakan substitusi pelet komersial dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan pabrikan yang selama ini menjadi komponen biaya terbesar dalam budidaya lele.

Selain minim akan modal, sistem ini juga mendukung prinsip ekonomi sirkular. Maggot dibudidayakan dengan memanfaatkan limbah organik rumah tangga maupun sisa makanan. Proses ini dapat dimanfaatkan sebagai budidaya yang mampu menyelesaikan dua persoalan sekaligus, yakni pengelolaan sampah dan produksi pangan.

Modal Awal Budidaya Maggot

Berdasarkan jurnal mengenai “Analisis Usaha Budidaya Maggot sebagai Alternatif Pakan Lele” yang dipublikasikan melalui industria.ub.ac.id, penelitian tersebut menunjukkan bawa budidaya maggot terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:

  1. Wadah atau bak budidaya maggot (biopond), dapat berupa kotak plastik atau kayu.
  2. Media pakan maggot yang berasal dari bahan organik murah, seperti ampas tahu, ikan asin afkir, dan kotoran ternak.
  3. Indukan atau telur lalat Black Soldier Fly.
  4. Peralatan pendukung sederhana, seperti penutup wadah dan alat pengaduk media.

Penelitian tersebut mencatat bahwa 100 kilogram bahan media digunakan sebagai bahan utama budidaya dan mampu menghasilkan maggot dalam jumlah besar tanpa memerlukan teknologi mahal. Seluruh bahan tersebut, bersifat mudah diperoleh dan tidak memerlukan biaya tinggi karena berasal dari limbah organik. 

Selain itu, peneliti juga menyebutkan bahwa nominal budidaya lele dengan menggunakan pakan pelet penuh sebesar Rp2.125.000. Sementara itu, budidaya lele dengan menggunakan pakan campuran maggot berkisar Rp1.641.666. Tandanya, pakan campuran maggot lebih irit sekitar Rp483.334.

Tips Budidaya Maggot 

Agar budidaya maggot berjalan optimal dan menghasilkan pakan lele berkualitas, terdapat beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Pemilihan Media yang Tepat

Pemilihan media budidaya menjadi faktor awal yang sangat menentukan. Media harus berasal dari bahan organik yang mudah terurai dan memiliki kandungan nutrisi cukup untuk mendukung pertumbuhan larva. Dalam penelitian, bahan seperti ampas tahu dan ikan asin afkir terbukti efektif karena mengandung protein dan unsur organik yang dibutuhkan maggot. Selain mudah diperoleh, penggunaan bahan ini juga membantu menekan biaya produksi karena memanfaatkan limbah yang sebelumnya tidak bernilai ekonomi tinggi.

2. Pengelolaan Waktu Panen

Selain media, pengelolaan waktu panen juga menjadi kunci keberhasilan. Maggot idealnya dipanen setelah berumur sekitar 14 hari sejak telur menetas. Pada fase ini, ukuran larva telah cukup besar dan kandungan nutrisinya berada pada kondisi optimal untuk pakan lele. Panen yang terlalu cepat dapat menghasilkan maggot berukuran kecil, sementara panen yang terlambat berpotensi menurunkan kualitas karena sebagian larva mulai bermetamorfosis.

3. Pengaturan Lingkungan Budidaya

Pengaturan lingkungan budidaya turut berperan penting dalam menjaga produktivitas maggot. Wadah budidaya perlu dijaga dalam kondisi lembap, tetapi tidak terlalu basah, agar larva dapat tumbuh secara merata.

Lingkungan yang terlalu kering dapat memperlambat pertumbuhan, sedangkan kelembapan berlebih berisiko menyebabkan pembusukan media dan kematian larva. Oleh karena itu, kontrol kondisi media menjadi bagian penting dalam manajemen budidaya sehari-hari.

4. Sistem Budidaya Berkelanjutan

Sistem budidaya yang berkelanjutan juga perlu diterapkan agar usaha maggot tidak bergantung pada pasokan bibit dari luar. Sebagian maggot sebaiknya dibiarkan tumbuh hingga menjadi lalat dewasa dan digunakan sebagai indukan. Dengan cara ini, pembudidaya dapat memproduksi telur sendiri dan menjaga kesinambungan produksi maggot dalam jangka panjang, sekaligus menekan biaya operasional.

5. Penggunaan sebagai Pakan Campuran

Dalam penggunaannya, penelitian merekomendasikan maggot tidak digunakan sebagai pengganti penuh pelet. Maggot lebih efektif dimanfaatkan sebagai pakan substitusi sebagian. Kombinasi 50% maggot dan 50% pelet dinilai mampu menjaga pertumbuhan lele tetap optimal sekaligus memberikan efisiensi biaya pakan yang signifikan. Pendekatan ini juga membantu pembudidaya beradaptasi secara bertahap dalam mengurangi ketergantungan terhadap pakan komersial.

Melalui teknik budidaya yang sederhana dan murah, penelitian tersebut menegaskan bahwa budidaya maggot dapat dilakukan dengan modal rendah, tetapi mendukung kebutuhan pakan lele secara berkelanjutan.

Tren usaha ini juga sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap praktik bisnis yang berwawasan lingkungan. Banyak pelaku usaha muda mulai mengembangkan budidaya lele berbasis maggot sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan dan pengurangan limbah.

Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com, jejaring media WongKito.co, pada 23 Desember 2025.

Editor: Redaksi Wongkito
Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories