Media-Media Perempuan di Indonesia Didorong Berkolaborasi Hadapi Tantangan

Poster sarasehan media perempuan (ist/konde.co)

JAKARTA, WongKito.co - Sebanyak 16 media perempuan alternatif di Indonesia berkumpul dalam diskusi kelompok terfokus (FGD) yang digagas Konde.co dengan didukung Google News Initiative pada Jumat (17/02/2023). Momen ini untuk memetakan kondisi masing-masing media sebagai langkah awal kolaborasi.

Media-media perempuan alternatif yang bertemu secara daring di antaranya berasal dari Aceh, Bengkulu, Jakarta, Bandung, Bali, Sulut, hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagian besar media perempuan tersebut mengandalkan pendanaan bukan dari iklan.

Direktur Konde.co, Nani Afrida mengungkapkan, media alternatif menghadapi tantangan seperti sulitnya mendapatkan pembaca dan bertahan di tengah krisis finansial. Dalam menghadapi tantangan yang demikian, Konde.co meyakini bahwa perjuangan besar tidak akan bisa dilakukan sendirian, tetapi harus bersama.

"Maka dari itu, sarasehan ini ditujukan untuk menguatkan solidaritas untuk bahu membahu memperjuangkan keadilan sehingga media perempuan dapat terus maju," ujar Nani dalam keterangan yang diterima, Rabu (22/02/23).

Tantangan dalam menarik pembaca juga diakui Founder Bincangperempuan.com dari Bengkulu, Betty Herlina. Menurutnya, tidak semua orang mau membaca isu perempuan, terlebih budaya patriarkis yang masih kuat. Selain itu, media perempuan alternatif diakuinya kesulitan dari segi finansial terutama untuk memberikan upah layak bagi jurnalisnya.

"Saya berharap ada kolaborasi media sehingga punya kesempatan menggiring isu bersama, tidak bergantung pada funding saja," ujarnya.

Sulitnya mendapatkan pendanaan dialami DigitalmamaID, sebuah media perempuan dari Bandung. Founder DigitalmamaID, Catur Ratna Wulandari mengaku mengumpulkan dana secara pro-bono dari patungan hingga membayar kebutuhan medianya dengan hasil berjualan roti. "Kami kesulitan mendapatkan funding karena DigitalMamaID dianggap bukan kelompok perempuan rentan, padahal perempuan ya rentan harus buat banyak keputusan, juga menghadapi pandemi," ujarnya.

Ide untuk mempertemukan media perempuan di Indonesia sebenarnya telah lama dicetuskan Konde.co. Menurut Pimpinan Redaksi Konde.Co, Luviana, portal dan media perempuan berbasis online saat ini mulai bertumbuh dengan progresif dan dengan cara beragam dalam mempromosikan kepentingan, hak, dan kondisi perempuan secara terus menerus yang sekaligus memberikan pendidikan untuk khalayaknya. Temuan ini melegakan, mengingat tumbuhnya media alternatif perempuan ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tapi juga di beberapa daerah di Indonesia.

"Keberadaan media perempuan online tidak hanya ditemukan berkantor di Jakarta, melainkan juga di daerah. Hal yang menarik, banyak media mainstream yang juga mulai membuka kanal khusus isu perempuan di website mereka," ujarnya. 

Siap Gelar Sarasehan Kedua 

Setelah menggelar Sarasehan Media Perempuan Alternatif, Konde.co dengan dukungan Google News Initiative akan menggelar Sarasehan Media Perempuan Arus Utama pada Jumat, 24 Februari 2022. Sarasehan tersebut dimaksudkan untuk mempertemukan media perempuan arus utama yang berorientasi profit, berbeda dari media alternatif.

Media perempuan arus utama tersebut bisa merupakan media yang khusus membahas isu perempuan dan menarget pembaca perempuan, atau media yang hanya memiliki kanal khusus perempuan.

Hasil pemetaan dari dua kali Sarasehan Media Perempuan di Indonesia tersebut akan dituliskan dalam sebuah laporan. Harapannya dari temuan ini akan ditindaklanjuti dengan sejumlah kolaborasi bersama. (ril)

 

Editor: Redaksi Wongkito

Related Stories