Mendorong Layanan Kesehatan Bebas Diskriminasi dan Stigma bagi ODHIV di Palembang

Mendorong Layanan Kesehatan Bebas Diskriminasi dan Stigma bagi ODHIV di Palembang (Foto WongKito.co/Marshanda)

PALEMBANG, WongKito.co - Sebanyak 19 organisasi masyarakat sipil (OMS) dan pewakilan media menghadiri workshop dengan tema upaya melawan stigma dan mendorong kesehatan bebas diskriminasi bagi orang dengan HIV (ODHIV).

Kegiatan yang diselenggarakan Yayasan Intan Maharani (YIM) bersama Indonesia AIDS Coalition (IAC) melalui program Community Strengthening System – Human Right (CSS-HR) Selasa, (16/9/2025).

Kartika Rosalia, Advocacy Officer CSS HR, menjelaskan bahwa layanan HIV di Kota Palembang,  saat ini sudah tersedia secara komprehensif di 44 puskesmas dan 12 rumah sakit, termasuk layanan tes HIV, infeksi menular seksual (IMS). serta pengobatan antiretroviral (ARV).

"Layanan sebenarnya sudah komprehensif, sudah ada petugas lapangan dan edukasi melalui media. Tinggal kesadaran diri masing-masing, mau atau tidak untuk memeriksakan diri," ujarnya.

Baca Juga:

Dalam workshop tersebut diikuti 23 peserta dan mengoptimalkan jejaring antara OMS dan komunitas dalam menggali isu pelanggaran HAM, stigma, dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV (ODHIV) maupun kelompok berisiko tinggi di layanan kesehatan dan publik.

Sementara itu, Anyk Kurniati selaku Paralegal Officer menyoroti masih minimnya pengaduan atau pengisian tautan survei kepuasan yang tersedia di fasilitas kesehatan seperti puskesmas.

“Masih sangat sedikit yang mengisi link kepuasan atau pengaduan di puskesmas. Padahal data itu penting, karena kalau tidak ada laporan masuk, kami tidak bisa menindaklanjuti dan tidak punya dasar untuk melakukan advokasi,” jelas Anyk.

“Karena itu, kalau teman-teman mengalami stigma atau pelanggaran HAM di layanan publik khususnya bidang kesehatan, penting sekali untuk menyampaikan keluhan tersebut agar bisa ditindaklanjuti,” tambahnya.

Melalui forum ini, peserta diajak melakukan penggalian isu di lapangan, mendiskusikan hambatan akses layanan, serta memverifikasi laporan dari komunitas. Hasil akhir dari pertemuan akan dirumuskan menjadi rekomendasi bersama sebagai bahan advokasi untuk mendorong layanan HIV yang inklusif dan bebas stigma di Sumatera Selatan.(Marshanda)


Related Stories