Metode Sleep Training Bayi Diakui Bermanfaat Juga Bagi Orang Tua

Ilustrasi. (ist/intuitiveparentingdc)

PALEMBANG, WongKito.co - Sleep training adalah mengajari anak untuk tidur sendiri sejak dini. Jika dijalankan rutin, metode ini bukan saja baik untuk tumbuh kembang si kecil tapi juga memberi manfaat bagi orang tua.

Sleep training memang masih asing di Indonesia. Sebab, praktik yang umumnya dijalankan sebelum bayi tidur selama ini diantaranya gendong, peluk, atau ngedot. Termasuk juga saat mereka tiba-tiba bangun tengah malam, orang tua harus bisa menenangkannya dan membuatkan susu. Tidak jarang selalu ada sebutan wajib bergadang terutama untuk orang tua baru.

Tentu praktik lama tersebut membuat orang tua lelah dan kurang istirahat. Padahal, banyak aktivitas yang menunggu di siang hari. Selain tentang orang tuanya, kebiasaan tidur seperti ini juga membuat anak rewel di malam hari yang dampaknya mengganggu mood mereka di siang hari.

Sleep training diterapkan artis muda Nikita Willy. Dia membuat jadwal rutin untuk Baby Issa pada pra sleep training yang penerapannya masih digendong. Setelah dua minggu jadwal rutin tersebut berjalan, Nikita mendapati Baby Issa sudah menyimpan ingatan tentang apa yang harus dilakukan sebelum tidur, seperti dibacakan buku, lampu dimatikan, dan seterusnya. Jadi, ketika sleep training dimulai Baby Issa sudah bisa ditinggal di ranjang untuk tidur sendiri.

Diakui Nikita, sleep training dengan pengaturan jadwal rutin ini membuat dirinya bisa lebih bebas. Kalau Baby Issa tidur siang, dia bisa ke gym. Kalau Baby Issa sudah tidur malam pukul 18.30, dia bisa jalan sama teman-teman. “Ini juga yang membuat kehidupan aku dan Indra jadi lebih happy,” ungkap Nikita yang disimak dalam podcast Gue Sehat.

Hal yang sama juga disampaikan Vika Budi Riandini, seorang ibu rumah tangga yang menuliskan pengalamannya menjalankan sleep training anak di laman rumahberbagi.com. Menurutnya, sebagai orang tua juga jadi sangat terjaga privasi dan otoritasnya. ’Quality time’ pasangan serta ’me time’ untuk ayah dan ibu jadi terjamin.

“Aku sendiri merasa bisa menjalani peran sebagai istri, ibu, dan kegiatan personal dengan jauh lebih seimbang dari sebelumnya,” tulis Vika dikutip WongKito.co, Sabtu (25/02/23).

Sleep training ini tidak selalu memisahkan kamar anak dengan orang tua. Bisa saja mereka tidur bersama orang tua (co-sleeping). Yang penting anak bisa tertidur dengan sendirinya. “Untuk kami, sleep training kali ini sekalian memisahkan kamar tidur anak dari orang tuanya,” kata dia.

Dilansir dari halodoc.co, tujuan dari sleep training adalah agar bayi merasa nyaman tidur selama beberapa jam sepanjang malam dengan sendirinya. Jika mereka bangun, mereka akan belajar menenangkan diri dan tidur kembali. 

Setelah bayi dilatih tidur, ia dapat tidur 9 hingga 12 jam di malam hari. Dengan tidur yang lebih nyenyak, si kecil akan merasa lebih baik di siang hari. Begitu juga dengan orang tua, yang dapat meningkatkan kualitas tidur pasca persalinan. 

Penelitian juga menunjukkan bahwa sleep training dapat meningkatkan tidur bayi dan kesejahteraan emosional ibu, dengan mengurangi jumlah bayi bangun di malam hari. Hal tersebut tentu juga berpengaruh pada suasana hati dan kualitas tidur ayah dan ibu ketika bayi kurang tidur. Dengan kata lain, sleep training juga bermanfaat bagi orang tua untuk menurunkan tingkat kelelahan, meningkatkan kualitas tidur, dan suasana hati pun jadi lebih positif. (*)

Editor: Redaksi Wongkito
Tags sleep training Bagikan

Related Stories