Nobar "Nyanyian Akar Rumput" Mencari Jejak Wiji Thukul

Nobar Nyanyian Akar Rumput (Ist)

JAKARTA, WongKito.co - Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker) bersama Barikade 98 mengadakan nonton bersama film dokumenter berjudul “Nyanyian Akar Rumput”, disertai diskusi tema Mencari Jejak Wiji Thukul di sekterariat DPN Barikede 98, Jalan Cimandiri No, 7, Jakarta, Sabtu (30/10/2021).

Diskusi diisi beberapa narasumber diantaranya, Mangapul Silalahi (Pengurus DPN Barikade 98), Fenita Budiman (Jaringan Nakes Indonesia), Dewi Nova (Penyair), Yuda Kuriawan (Sutradara film Nyanyian Akar Rumput), Tri Okta Sulfa Kimiawan (Ketua Jaker), Jane Rosalina (Kontras) dengan moderator Ernawati (Suluh Perempuan).

Acara ini juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi dari dua penyair Nasional, yaitu Harris Priadie Bah dan Marlin Dinamikanto.

Diketahui, Wiji Thukul adalah seorang sastrawan dan aktivis HAM yang dihilangkan oleh rezim Orde Baru tahun 1998. Tetapi, semangat Wiji Thukul dalam bersuara tetap ada dan terjaga. Nasib Wiji Thukul bersama 12 aktivis lainnya belum diketahui hingga kini, hidup atau mati.

Film dokumenter Nyanyian Akar Rumput meraih Piala Citra kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik pada Festival Film Indonesia 2018. Tak hanya meraih Piala Citra, film berdurasi 1 jam 52 menit itu juga menyabet penghargaan sejumlah festival. Antara lain Pemenang NETPAC Award 2018, Piala Maya kategori Dokumenter Terpanjang Terpilih 2019, pemenang Honorable Mention Award dari Figueira Da Foz Int’l Film festival, Portugal pada 2019.

Film yang produksi Rekam Docs ini telah dirilis serentak di bioskop  16 Januari 2020. Sekaligus mengubah pandangan masyarakat, kalau film dokumenter sulit diputar di bioskop. Musababnya, publik terlanjur beranggapan kalau film dokumenter adalah film yang berat dan harus mikir.

Film Nyanyian Akar Rumput bercerita tentang keluarga setelah ditinggal Wiji Thukul. Dengan fokus utama Fajar Merah, yakni anak sang penyair. Dikisahkan, Fajar dengan bandnya bernama Merah Bercerita mencoba melestarikan puisi-puisi Wiji Thukul, dan dituangkan ke dalam alunan nada, serta merekamnya dalam album.

Yuda Kurniawan menjelaskan, pembuat film Nyanyian Akar Rumput untuk merawat ingatan generasi muda atas kasus penghilangan paksa Wiji Thukul. Film ini disajikan dengan gaya lebih popular, dan menjadi salah satu media yang relevan untuk menyampaikan informasi kepada generasi muda.

Hal serupa disampaikan Tri Okta Sulfa Kimiawan, film ini mengajarkan pada generasi muda, bahwa negeri ini pernah dipimpin oleh pemerintahan otoriter yang suka bertindak represif terhadap rakyat yang berani menentang penguasa.

“Butuh pengorbanan besar untuk menumbangan pemerintahan otoriter, nyawa rakyat menjadi taruhannya. Wiji Thukul salah satu korban dari tindakan kekerasan yang dilakukan pemerintahan otoriter Orde Baru. Ini menjadi pelajaran kita bersama. Indonesia tidak boleh lagi dipimpin oleh pemerintahan yang otoriter,” terang  Tri Okta.


Related Stories