Parade dan Teaterikal Peringati Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang

Parade dan Teaterikal Peringati Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang (WongKito.co/Melati Meriska)

TEPAT bersebelahan dengan Jembatan Ampera atau berada di sebelah kiri jika mengarah ke kawasan Seberang Ulu dari wilayah Seberang Ilir, berdiri kokoh tugu peringatan Pertempuran Lima Hari Lima Malam. Pertempuran pemuda Palembang melawan tentara Belanda dan sekutu tersebut, berlangsung selama lima hari pada 1-5 Januari 1947.

Pertempuran tersebut terjadi sebagai bentuk perlawanan pribumi terhadap kehadiran pasukan Belanda yang membonceng sekutu dengan alasan akan melucuti persenjataan Jepang tetapi justru sebaliknya kembali ingin menjajah. Padahal, kemerdekaan Republik Indonesia telah diakui sejak 17 Agustus 1945.

Perperangan lima hari lima malam tersebut, tidak seimbang karena Belanda dan sekutu memiliki senjata dan pasukan yang banyak, akibatnya pemuda Palembang terdesak. Namun, datanglah bala bantuan dari Lahat dan Lampung.

Baca Juga:

Suasana pertempuran lima hari lima malam tersebut, divisualkan sebanyak 55 komunitas dalam aksi teaterikal di kawasan Bundaran Air Mancur Palembang dan sebelumnya melakukan parade napak tilas dari Jalan Jenderal Sudirman melintasi Jalan Kapten A Rivai, Jalan Merdeka dan kembali ke area Jalan Jenderal Sudirman dengan berjalan kaki, menggunakan sepeda ontel dan Mobil Jeep.

Peserta parade tersebut mengenakan berbagai pakaian jaman penjajahan, seperti seragam berwarna cokelat dan bersepeda ontel. Lalu,  peserta juga melengkapi diri dengan beragam senjata, antara lain kecapi, tombak, dan senapan sebagai senjata perjuangan para pahlawan kala itu.

Teaterikal diawali dengan menceritakan kedatangan Belanda yang mengenakan pakaian putih-putih membawa senjata kembali menginjak Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Namun, usaha Belanda gugur dalam perang yang terjadi selama lima hari lima malam.

Teriakan kata 'merdeka' berulang kali digaungkan  masyarakat yang hadir, salah satunya Sulimin. Dari jam setengah tujuh, Sulimin dan rombongan Komunitas Sepeda Ontel dari Plaju ikut meriahkan acara tersebut. Bagi Sulimin, acara ini menjadi pengingat untuk masyarakat terkait perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan RI saat Pertemuran 5 Hari 5 Malam.

"Semangat juang para pahlawan kemerdekaan harus tetap ada sampai saat ini. Sebagai pengingat juga untuk masyarakat bahwa untuk mempertahankan kemerdekaan ini telah banyak pahlawan dan rakyat yang berguguran," ujarnya usai pementasan drama tetrikal.

Sulimin juga mengatakan, semangat yang ditinggalkan para pejuang harus dilestarikan melalui berbagai acara dan pertunjukkan seperti ini  "Apalagi bagi generasi muda, penting untuk melakukan kegiatan seperti ini tiap tahunnya," katanya.

Senada dengan itu, Vebri Al Lintani selaku ketua panitia menyampaikan bahwa acara tersebut sebagai pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat terkait perjuangan para pahlawan dalam mengusir penjajah. Usaha keras pejuang kemerdekaan memberikan peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan RI.

"Masyarakat perlu tahu dan paham, apalagi untuk generasi muda bahwa kita hidup pascakemerdekaan ini tidak gratis. Ada sejarah yang mengorbankan harta, darah bahkan nyawa untuk kemerdekaan RI," kata dia. (Melati Arsika).


Related Stories