Pemerintah ungkap Penurunan Produksi Beras 5,88 Juta Ton akibat El Nino

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (TrenAsia/Debrinata)

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan dampak dari perubahan iklim El Nino menyebabkan penurunan produksi beras di dalam negeri sebesar 5,88 juta ton. El Nino tersebut terjadi selama periode Desember 2023 hingga Februari 2024.

Airlangga mengatakan, jika iklim buruk tidak hanya terjadi di Indonesia. “BMKG dan beberapa pusat iklim dunia memprediksi El Nino terus bertahan hingga periode Desember 2023, bahkan Januari, Februari 2024,” ujar Airlangga.

“Ini berdampak terhadap penurunan produksi beras. Kita lihat produksi beras sampai dengan mulai Juli (2023) hingga Februari (2024), produksi beras kita turun sebesar 5,88 juta ton,” ucap Airlangga dalam Sidang Sengketa Pilpres 2024, di Mahkamah Konstitusi, pada Jumat (5/4/2024).

Baca Juga:

Airlangga juga menjelaskan, akibat dari penurunan produksi tersebut, petani mengalami kesulitan menanam padi, termasuk memundurkan jadwal panen petani.

“Ini membuat pasokan pangan seperti beras mengalami gangguan, dan tentunya sangat mengganggu dan berdampak signifikan pada masyarakat miskin,” ujarnya.

Ketua Umum DPP Partai Golkar juga menyebut, fenomena El Nino telah menyebabkan lonjakan harga beras tidak hanya di Indonesia tetapi juga di beberapa negara, termasuk Thailand.

Secara detailnya, ia mengungkapkan, harga beras di Thailand mencapai 624 dolar AS per ton pada Januari 2024, angka tersebut meningkat sebesar 27,65% year-on-year. Sementara di Vietnam, harga beras mencapai 614 dolar AS per ton, naik sebesar 41,95% year-on-year.

Airlangga juga mengungkapkan, kondisi El Nino yang meyebabkan kenaikan harga bahan pokok sehingga disusun program bantuan sosial, termasuk bantuan pangan.

Baca Juga:

Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menyebut bahwa produksi beras Indonesia dari Januari hingga April 2024 diproyeksikan mencapai 10,71 juta ton. Ini menandai penurunan sebesar 2,28 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Secara rinci, produksi beras pada Januari mencapai 0,86 juta ton, di bulan Februari sebesar 1,38 juta ton, Maret sebesar 3,54 juta ton, dan diproyeksikan mencapai 4,92 juta ton pada April. Proyeksi ini menunjukkan peningkatan yang signifikan karena memasuki masa panen.

“Januari dan Februari relatif rendah produksi beras kita, tetapi di Maret akan meningkat 3,54 juta ton, dan akan puncaknya diperkirakan akan terjadi di April yaitu 4,92 juta ton," ucap Amalia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, pada Selasa, 26 Maret 2024.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 05 Apr 2024 

Bagikan

Related Stories