KabarKito
Pentingnya Selat Hormuz Sebagai Jalur Strategis Energi Dunia
JAKARTA, WongKito.co – Dunia internasional kembali mengalihkan perhatian ke kawasan Timur Tengah, tepatnya di Selat Hormuz. Selat yang memisahkan Iran dan Oman ini kembali menjadi titik panas geopolitik menyusul ancaman Iran untuk menutup jalur tersebut akibat tekanan sanksi dan konflik militer di kawasan.
Langkah itu bukan gertakan sembarangan, sebab Selat Hormuz merupakan urat nadi energi global, tempat mengalirnya seperlima pasokan minyak mentah dunia. Setiap ketegangan di kawasan ini langsung memicu fluktuasi harga minyak, lonjakan premi asuransi kapal, hingga kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Kenapa Selat Hormuz Sangat Penting?
Selat Hormuz adalah jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab dan Samudra Hindia. Menurut data Strauss Center dan International Energy Agency (IEA), setiap hari sekitar 17–20 juta barel minyak mentah melintasi selat ini atau hampir sepertiga pasokan minyak global bergantung pada stabilitas perairan ini.
Wall Street Journal menyebut, jika Selat Hormuz ditutup, dunia bisa kehilangan akses terhadap minyak senilai lebih dari US$1 miliar per hari.
Setiap hari, puluhan kapal tanker minyak melintasi perairan ini, mengangkut minyak dari negara-negara Teluk menuju pasar di Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Aliran minyak yang terus-menerus ini menjadikan Selat Hormuz sebagai urat nadi penting pasar energi global.
China, India, Jepang, dan Korea Selatan menjadi empat negara tujuan utama, menyerap 67% dari seluruh minyak dan kondensat yang melewati Selat Hormuz pada 2022 dan paruh pertama 2023.
Tak hanya itu, lebih dari 20% perdagangan gas alam cair (LNG) dunia terutama dari Qatar dan Uni Emirat Arab juga melewati selat ini.
Siapa yang Tergantung pada Minyak Iran?
Merujuk laporan Energy Information Administration (EIA), negara-negara yang paling bergantung pada impor minyak dari kawasan Teluk kemungkinan akan menjadi korban pertama.
Ini termasuk India, Jepang, Korea Selatan, dan China, empat importir terbesar dari wilayah tersebut. Mereka bukan hanya akan menghadapi lonjakan harga energi, tapi juga kenaikan biaya produksi, inflasi pangan, hingga potensi gangguan stabilitas ekonomi.
- Dorong Ketahanan Pangan, BRI Salurkan Pembiayaan ke Koperasi Penyuplai MBG
- Satu Jemaah Haji Palembang Hilang di Tanah Suci, PPIH Saudi Masifkan Pencarian
- Berhadiah Motor dan Emas, Telkomsel Hadirkan Hot Promo Spesial Paket Data Mulai dari Rp15 Ribu
Tak hanya Iran, negara produsen besar lain seperti Arab Saudi, Irak, Kuwait, dan Qatar juga bergantung pada Selat Hormuz sebagai jalur utama ekspor mereka. Artinya, potensi penutupan selat tak hanya menghantam ekspor Iran, tetapi juga produsen Teluk lainnya.
Iran beberapa kali mengancam akan menutup Selat Hormuz jika mengalami tekanan militer atau ekonomi yang berlebihan. Terbaru, parlemen Iran dikabarkan sedang mempertimbangkan usulan resmi untuk menutup selat sebagai respons atas sanksi lanjutan AS dan serangan terhadap fasilitas nuklir mereka.
Dampak Global Jika Selat Hormuz Ditutup
Jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz, dampaknya akan terasa secara luas pertama Asia Timur (Tiongkok, Jepang, Korea Selatan) akan mengalami krisis pasokan energi dan lonjakan harga impor.
Lalu Eropa Selatan akan kesulitan mengganti suplai cepat dari wilayah Teluk. Indonesia dan Asia Tenggara: meski tidak membeli langsung dari Iran, tetap terdampak lewat harga minyak dunia dan biaya impor BBM.
Bank Dunia dan IMF bahkan memperingatkan potensi "guncangan harga energi" yang bisa mengerek inflasi global lebih cepat dibanding ekspektasi pascapandemi.
Selat Hormuz bukan sekadar selat sempit di Timur Tengah. Ia adalah arteri utama energi dunia. Setiap ketegangan di wilayah ini tak hanya menyangkut politik regional, tetapi juga menyentuh dapur ekonomi global, dari BBM di SPBU, tarif logistik, hingga pertumbuhan ekonomi negara berkembang.
Dalam dunia yang masih bergantung besar pada energi fosil, menjaga stabilitas di Selat Hormuz bukan hanya tugas regional, tetapi tanggung jawab bersama komunitas internasional.
Indonesia Harus Apa?
Terkait memanasnya situasi Timur Tengah, PT Pertamina (Persero) menyiapkan rute alternatif operasional kapal pengangkut minyak, sebagai suplai untuk dalam negeri. Hal ini menanggapi isu memanasnya konflik antara di Timur Tengah (Timteng) khususnya Iran dengan Israel.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menyebutkan pihaknya sudah menyiapkan jalur alternatif kapal yang dioperasikan PT Pertamina International Shipping agar pasokan minyak mentah khususnya dari wilayah Timur Tengah bisa tetap terkirim ke Indonesia.
- Hadirkan Promo Menarik, The 1O1 Palembang Rajawali Tingkatkan Hunian Kamar
- Masuki Usia 1.342 Tahun, Palembang Bertahan Sebagai Kota Sejarah Budaya
- Libur Sekolah 2025, KAI Palembang Sediakan 90.124 Tempat Duduk
Pertamina telah mengantisipasi hal tersebut dengan mengamankan kapal kita, mengalihkan rute kapal ke jalur aman antara lain melalui Oman dan India untuk menjaga keberlangsungan rantai pasok.
"Jika nanti ada penutupan selat Hormuz, dimana 20 persen pelayaran minyak mentah global melalui selat tersebut tentu sedikit banyak akan berdampak pada distribusi minyak mentah dunia,"katanya kepada TrenAsia.id pada Senin, 23 Juni 2025.
Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Debrinata Riky pada 23 Juni 2025.