Pertamina NRE Kejar Target 10 GW Energi Bersih pada 2026

PT Pertamina (Persero) menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) hadirkan dua Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Lenteng Agung dan MT Haryono, DKI Jakarta. (BPPT)

JAKARTA, WongKito, – Usai restrukturisasi, subholding Power & New Renewable Energy Pertamina atau Pertamina NRE langsung mengejar target kapasitas 10 gigawatt (GW) energi bersih pada 2026 untuk mencapai target sebesar 17% energi bersih dalam portofolio PT Pertamina (Persero).

Jika dirinci, 10 GW tersebut terdiri dari 6 GW gas to power, 3 GW energi terbarukan termasuk panas bumi, dan 1 GW energi baru.

Chief Executive Pertamina NRE Dannif Danusaputro mengatakan subholding PNRE merupakan generasi masa depan Pertamina untuk lebih adaptif terhadap lingkungan bisnis yang semakin dinamis.

“Aspirasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham salah satunya adalah Pertamina menjadi pemimpin transisi energi di Indonesia untuk menekan laju perubahan iklim, melalui dekarbonisasi,” ujarnya dalam siaran pers, Senin, 13 September 2021.

Menurut Dannif, PNRE akan membantu Indonesia mewujudkan transisi energi, mendukung ketahanan energi nasional, serta mampu mewujudkan Indonesia yang bersih sesuai dengan komitmen pemerintah dalam Paris Agreement.

PT Pertamina Power Indonesia (PPI) sebagai induk subholding PNRE adalah salah satu anak usaha Pertamina yang paling muda usianya. Didirikan pada 2016, PPI awalnya adalah project company pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1.

Pada 2020, Pertamina mempercayakan PPI untuk menjadi induk subholding PNRE. PPI membawahi Pertamina Geothermal Energy (PGE) sebagai anak usaha, serta PT Jawa Satu Power (JSP) dan PT Jawa Satu Regas (JSR) sebagai perusahaan afiliasi. PGE fokus mengelola bisnis panas bumi, sedangkan JSP dan JSR fokus pada proyek PLTGU Jawa-1.

Selain itu, subholding PNRE juga memiliki portofolio pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) lainnya, antara lain tenaga surya, biomassa, hydrogen, baterai untuk EV dan storage, serta teknologi carbon capture utilization and storage (CCUS).

Pada semester I-2021, subholding PNRE secara konsolidasian berhasil membukukan laba bersih sebesar US$56,8 juta. Pendapatan, EBITDA, dan laba bersih subholding PNRE masing-masing mencapai 101%, 117%, dan 152% terhadap RKAP. Pada kinerja operasional, produksi listrik subholding PNRE mencapai 2.324 GWh.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Reza Pahlevi pada 13 Sep 2021 

Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories