Polda Sumsel Gandeng Fisip UIN Raden Fatah Palembang Bekali Mahasiswa Kemampuan Mengecek Fakta.

Polda Sumsel Gandeng Fisip UIN Raden Fatah Palembang Bekali Mahasiswa Kemampuan Mengecek Fakta (Ist)

PALEMBANG, WongKito.co - Kepolisian Daerah Sumatera Selatan (Polda Sumsel) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Raden Fatah (UIN RF) Palembang menyelenggarakan pelatihan pengecekan fakta untuk mahasiswa.

Pelatihan tersebut menghadirkan Dosen Pengampu Mata Kuliah Literasi digital, Reni Rentika Waty dan dari Trainer Cek Fakta Tersertifikasi Google News Intiative dan juga dosen Ilmu Politik UIN Raden Fatah Palembang, Yulion Zalfa, Rabu (27/12/2023).. 

Baca Juga:


Reni Rentika Waty mengatakan ada beberapa alasan mengapa orang bisa percaya hoaks yang pertama tidak mau repot, malas membaca, kecenderungan menyimpulkan secara cepat.


"Kemudian, kurangnya adalah pengalaman negatif yang terjadi ketika kita menemukan informasi yang bertentangan dengan keyakinan kita dan kurangnya pemahaman tentang apa yang dipikirkan dan di yakini orang lain dalam komunitas masyarakat," katanya.


Ia menyebutkan ada lima kunci dalam pemeriksaan fakta yang pertama asal konten, sumber, waktu, lokasi dan motivasi.


"Dengan menemukan konten aslinya, cari tahu sumber informasi dapat dipercaya, cari tahu berita terjadi sesuai dengan waktu terjadi atau tidak, cari tahu lokasi juga sesuai atau tidak dan temukan dan analisa motif kenapa informasi itu menyebar," sebutnya.


Di dalam pelatihan ini Reni juga menyampaikan bagaimana cara untuk mengecek situs, foto dan vidio apakah hoaks atau tidak.


"Kalau situs dengan membuka situs Who.is dan domainbigdata.com kemudian gunakan kata kunci dan cek bagian about.us pada laman situ, untuk foto menggunakan foto lens dan untuk vidio menggunakan Youtube DataViewer," jelasnya saat pemaparan.


Senada dengan itu, Yulion Zalpa juga menyebutkan berapa gangguan jenis-jenis gangguan informasi yaitu mis-informasi, dis-informasi dan mal-informasi.


"Mis-informasi yaitu informasi yang disebarkan salah, tetapi orang yang membagikan percaya bahwa itu benar, kemudian dis-informasi ialah informasi yang disebarkan salah tapi yang menyebarkan tahu dengan unsur kesengajaan. Terakhir mal-informasi yaitu penyalahgunaan informasi, informasi dibagikan untuk menyebabkan kerusakan," jelasnya di Ruang Seminar FISIP Lantai 4.

Baca Juga:


Ia  juga menerangkan bahwa menjelang pemilu informasi datang begitu deras, sehingga harus teliti dalam menerima infromasi, misalnya ada pihak pihak tertentu yang sengaja mengubah judul berita di media yang tidak sesuai dengan judul aslinya, untuk itulah perlu kemampuan praktis bagi mahasiswa sehingga bisa mengecek kebenaran informasi tersebut.(*)

Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories