Program Makmur PKT Dukung Petani Milenial Tingkatkan Produktivitas dengan Cara Kekinian

Petani milenial (ist)

JAKARTA, WongKito.co - Sebagai negara agraris, kaya akan sumber daya alam yang sangat beragam. Nusantara juga memiliki lahan pertanian terluas sehingga mayoritas masyarakat Indonesia adalah bertani. Namun, keberadaan petani semakin hari semakin berkurang karena minimnya minat generasi muda pada sektor pertanian, petani masih dianggap sebagai profesi yang kurang cakap dan tidak bergengsi.

"Pupuk Kaltim (PKT) terus berkomitmen meningkatkan pemberdayaan petani dan mendukung produktivitas komoditas pertanian dengan melaksanakan Program Makmur. Diantaranya, menyasar petani milenial melakukan pendampingan dengan cara kekinian," kata Project Manager Program Makmur PKT, Adrian R.D. Putera, saat menjadi salah satu narasumber pada talkshow bertema "Cerita Petani Millennial, Mendapat Berkah dari Kebun," yang diselenggarakan Demfarm.id, Sabtu (28/11/2021).

Menurut dia Program Makmur dilaksanakan pada sejumlah wilayah tanggung jawab distribusi PKT, seperti Jawa Timur, Kalimantan, dan Sulawesi.

Program ini juga merupakan upaya PKT dalam meningkatkan penggunaan pupuk nonsubsidi dalam negeri, dengan menciptakan ekosistem untuk mendorong produktivitas dan kesejahteraan petani Indonesia, termasuk petani milenial, tambah dia.

Andrian mengungkapkan Program Makmur menjadi solusi yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.

"Implementasi program tersebut terbukti mampu meningkatkan produktivitas pada komoditas jagung dan padi hingga 42 persen dan 34 persen. Dengan peningkatan keuntungan petani naik hingga 52 persen bagi tanaman jagung dan petani padi sebesar hingga 41 persen," ungkap dia.

Disampaikan Adrian, program makmur ini memberikan ekosistem lengkap yang bertujuan meningkatkan produktivitas hingga penghasilan petani. Ekosistem di sini menghubungkan petani dengan pihak project leader, asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, pemerintah daerah, agro input, ketersediaan pupuk non subsidi, dan offtaker.

"Jadi program makmur ini berlaku untuk semua petani, termasuk petani milenial. Harapan kami akan semakin banyak petani muda yang memajukan pertanian di daerah masing-masing sehingga cita-cita ketahanan pangan nasional bisa kita tercapai. Sektor ini butuh tenaga milenial,"

Patahkan Stigma Petani untuk Kaum Tua

Salah seorang petani milenial binaan PKT yang sudah merasakan kesuksesan adalah Iqbal. Petani Milenial asal Jember ini mengaku memilih profesi menjadi petani di usia muda karena ingin mematahkan stigma buruk mengenai profesi petani.

“Menjadi petani adalah suatu pengabdian karena selain ketekunan, regenerasi juga dibutuhkan. Apalagi, kehadiran modernisasi turut memberi peluang besar untuk digarap generasi milenial demi mengambil ceruk pasar yang sangat potensial lewat inovasi dan terobosan segar,” katanya dalam acara yang sama.

Menanam pohon serentak secara virtual.(ist)

Iqbal juga mengatakan modal dasar menjadi petani adalah ilmu. Mulai dari mengetahui strategi, pasar, dan mengadopsi teknologi pertanian. Sehingga bertani tidak lagi menjadi pekerjaan yang berat semata.

“Jadi petani awalnya kita harus tau pasarnya. Punya strategi sejak awal. Jika kita paham dengan teknologi pertanian, kita lebih mudah dapat peluang untuk sukses, ini jadi latar belakang saya memilih menjadi profesi sebagai petani, kan tujuan dari kerjaan profit,” katanya.

Dari keterangan Iqbal dalam acara Demfarm tersebut, dalam satu tahun ia bisa melakukan empat kali panen dengan masa tanam selama 60 hari. Saat ini, kelompok tani milenial Iqbal berjumlah 100 petani.

“Saya mengajak generasi muda kembali bertani dan mengembangkan sektor pertanian Indonesia. Jika ditinjau dari pengalaman, menjadi petani malah pekerjaan yang paling diidamkan pada masa tua seseorang. Jadi kenapa tidak kita mulai saja dari muda,” katanya.

Bukan hanya Iqbal, Soraya Cassandra yang merupakan Founder Kebun Kumara juga memberikan paparan senada. Ia mengajak masyarakat untuk menjadi “petani milenial” dimulai dengan membuat kebun di rumah sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kebun Kumara kami buat untuk mengajak lebih banyak teman Gen Z untuk memulai langkah kecil menjadi petani milenial di rumah sendiri dan membiasakan diri melakukan kebaikan untuk diri sendiri dan bumi,” katanya.

Dalam kegiatan ini, Sandra berbagi tips berkebun agar terhindar dari hewan-hewan liar yang mengganggu tanaman. Misalnya untuk jenis serangga, Sandra menyarankan untuk menanam tumbuhan pengalih, seperti tanaman bunga basil, kemangi atau tanaman berdaun wangi lainnya.

“Suka duka berkebun itu ya salah satunya gangguan serangga. Tapi kalau belum gede intervensinya itu gak apa-apa, menandakan kebun kita itu sehat. Tapi kalau intervensinya udah gede dan tidak seimbang apalagi merugikan, kita bisa tanam tanaman ngalih. Sementara untuk hewan yang lebih gede seperti tikus," tutup dia.

Talkshow diikuti sekitar 100 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, dan melakukan penanaman benih secara serentak secara virtual dalam rangka peringatan hari menanam pohon.(*)


 

Editor: Nila Ertina

Related Stories