Ekonomi dan UMKM
PT Krakatau Steel Mengalami Kerugian Sepanjang Tahun 2023, Ini Penyebabnya
Jakarta, Wongkito.co – Kerusakan pada switch house finishing mill menyebabkan tidak beroperasinya pabrik Hot Strip Mill 1. Hal ini mengakibatkan kerugian sepanjang tahun 2023 pada baja PT Krakatau Steel.
Hal tersebut diungkapkan oleh, Direktur Utama Krakatau Steel, Purwono Widodo, menjelaskan bahwa kerugian tersebut merupakan dampak dari tidak beroperasinya fasilitas Hot Strip Mill 1 (HSM#1), yang merupakan penghasil produk utama Hot Rolled Coil (HRC), akibat kerusakan pada switch house finishing mill.
“Perseroan saat ini terus berupaya semaksimal mungkin menjaga performa kinerja selama recovery pabrik HSM#1,” kata Purwono dalam keterangan resmi. Jumat, 7 Juni 2024.
Baca juga
- Cuaca Palembang Diperkirakan Cerah Berawan Sepanjang Hari Jumat, Siap-Siap Kegerahan Suhu Capai 34°C
- KPK Periksa Petinggi Perusahaan Hutama Karya
- Di Tengah Kelesuan IHSG Asing Buru Saham BBCA hingga BBNI
Lebih lanjut, Purwono menjelaskan bahwa perbaikan fasilitas HSM#1 akan selesai tahun ini. Adapun produksi pertama produk HRC pasca perbaikan diharapkan dapat dimulai pada kuartal keempat mendatang.
Selain terkait dengan pabrik, laporan keuangan 2023 juga dipengaruhi oleh aksi korporasi divestasi saham beberapa anak usaha di Subholding Krakatau Sarana Infrastruktur untuk pembayaran utang Tranche B.
Hal tersebut berkaitan dengan laporan keuangan yang sudah tidak lagi dikonsolidasikan ke Krakatau Steel Grup. Kemudian KRAS juga mengklaim sedang menyelesaikan restrukturisasi lanjutan atas sisa utang dengan para kreditur dan pemegang saham.
Seperti diketahui, KRAS mencatatkan pendapatan sebesar US$1,45 miliar atau setara Rp22,44 triliun (kurs Jisdor Rp15.439 per dolar AS). Pendapatan ini turun 35,05% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$2,23 miliar.
Pendapatan Krakatau Steel didukung oleh penjualan lokal sebesar US$1,19 miliar, turun 30,57% dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang sebesar US$1,72 miliar. Sementara itu, penjualan luar negeri emiten berkode saham KRAS ini mencapai US$54,38 juta, terkoreksi 82,32% dari US$307,54 juta secara tahunan (year-on-year).
Seiring dengan penurunan pendapatan dan laba operasi, KRAS pun tercatat berbalik rugi sebesar US$130,21 juta atau setara Rp2,01 triliun dibandingkan tahun 2022 yang mencatat laba US$19,47 juta atau setara Rp300,65 miliar.
Dari lantai bursa, pada perdagangan Kamis, 6 Juni 2024, saham KRAS terpantau melemah 1,89% ke level Rp104 per saham. Sepanjang tahun ini, nilai emiten yang bergerak di bidang produksi baja ini menguap 28,28%.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara