Ragam
Puluhan Juta Orang di Seluruh Dunia Korban Kerja Paksa
JAKARTA - International Labour Organization (ILO) melaporkan 50 juta lebih orang di seluruh dunia mengalami korban kerja paksa. Angka tersebut tumbuh sebanyak 25% dari prediksi sebelumnya pada 2016.
"Banyak faktor yang meningkatkan angka tersebut seperti ketidakpastian ekonomi, ancaman, penipuan hingga penyalahgunaan kekuasaan," tulis ILO dalam laporan PBB pada Selasa, 13 September 2022.
Situasi tersebut diperparah dengan adanya pandemi COVID-19, konflik bersenjata hingga krisis iklim yang membuat banyak orang jatuh dalam kemiskinan ekstrem.
Baca Juga:
- Qatar Habiskan Rp3.256 Triliun, Piala Dunia Termahal Sepanjang Sejarah
- Simak Ini 4 Tantangan Klasik UMKM yang Semakin Berat karena Pandemi COVID-19
- BSI Menerima Pesanan SR017 Kantongi Rp2,06 Triliun
Guy Ryder, Direktur Jenderal ILO mengatakan bahwa orang yang masuk dalam perbudakan modern meningkat berkali lipat dari awalnya 9,3 juta pada 2016 lalu.
Lebih lanjut, ILO mengungkapkan bahwa orang yang masuk kerja paksa dominan terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas atau berpenghasilan tinggi.
Di dalam laporannya, ILO juga menuliskan bahwa pekerja migran tiga kali lebih berpotensi mengalami kerja paksa daripada penduduk setempat.
Pada laporan lainnya, ILO menyebut bahwa Qatar menghadapi tuduhan pelanggaran hak-hak buruh terkait pekerja migran menjelang perhelatan Piala Dunia 2022.
Namun, kondisi tersebut membaik setelah ILO membuka kantor baru di Qatar pada April 2018.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Feby Dwi Andrian pada 14 Sep 2022