Rayakan Keberagaman Warisan Budaya Takbenda, Indonesia Tampilkan “Premier du Indonesian Extravaganza” di UNESCO Paris

Salah satu penampilan tari di markas UNESCO Paris (ist)

PARIS, WongKito.co - Sebagai salah satu bentuk perayaan  keberagaman warisan budaya takbenda perwakilan tetap Indonesia untuk UNESCO menyelenggarakan acara “Premier du Indonesian Extravaganza” di Markas Besar UNESCO, Paris.

Kegiatan tersebut merupakan perayaan 75 tahun keanggotaan Indonesia di UNESCO sekaligus momentum dukungan atas pencalonan Indonesia pada Komite Antarpemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Takbenda untuk periode 2026–2030.

Acara dihadiri 250 anggota delegasi tetap dan para dutabesar dari para negara anggota UNESCO yang sedang menghadiri sidang Komite Eksekutif UNESCO mulai 1 – 16 Oktober 2025. Dr. Ananto Kusumaseta, Ketua Pelaksana Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), membuka acara dengan menyatakan komitmen Indonesia dalam menghadirkan wawasan mengenai keragaman warisan budaya takbenda (WBTb) Indonesia serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelindungan dan pemajuan WBTb.

“Seni dan budaya Indonesia adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehar-hari masyarakat Indonesia, “ tegas Ananto. Sekretaris Konvensi 2003 tentang Pelindungan Warisan Budaya Takbenda, Fumiko Ohinata, dalam sambutannya mewakili Drektur Jenderal UNESCO berterima kasih dan mengapreasiasi upaya-upaya yang sudah dilakukan Indonesia dalam menjaga dan melestarikan warisan Budaya Tak Benda Indonesia. “Indonesia adalah museum hidup yang sangat luar biasa. UNESCO berterima kasih atas kerja keras dan upaya Indonesia,” ujar Fumiko, dalam siaran pers yang diterima, Rabu (15/10/2025).
 

Baca Juga:


IGAK Satrya Wibawa, Dutabesar dan Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO menjelaskan bahwa pelaksanaan acara ini selain menjadi kick-off kampanye Indonesia dalam pencalonan Indonesia sebagai anggota pencalonan Indonesia pada Komite Antarpemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Takbenda untuk periode 2026–2030, juga untuk memberikan bukti komitmen Indonesia.

“Kami menghadirkan Indonesia di markas besar UNESCO dalam bentuk seni pertunjukan, ditambah kuliner dan pembagian produk Jamu,” ujar pengajar Departemen Komunikasi FISIP Universitas Airlangga ini.

Ia menjelaskan  penampilan tari Saman dan Reog Ponorogo, yang berkategori Urgent Safeguarding List, untuk menunjukkan bagian dari bukti komitmen pelestarian.

Namun, ia juga mengakui bahwa Indonesia harus mengambil langkah progresif untuk bisa mengimbangi kemajuan teknologi yang sering menggerus minat generasi muda dalam pelestarian budaya tradisional.

Dalam acara tersebut dihadirkan tari Saman yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda yang Memerlukan Pelindungan Mendesak pada 24 November 2011. Lalu tari Legong Keraton, salah satu dari tiga genre tari Bali yang diakui UNESCO pada 2015, dan ditutup dengan Reog, yang secara resmi diakui pada tahun 2024.

Semua penampilan dilaksanakan oleh diaspora Indonesia dalam sanggar tari Pantja Indra, dan didukung dua seniman reog dari ponorogo berkat dukungan dari pemerintah kabupaten Ponorogo dan Kementrian kebudayaan Republik Indonesia.

Dalam acara itu, 200 goodie bag berisi souvenir tradisional Indonesia serta belasan produk jamu yang juga sudah diakui UNESCO sejak 2023. Produk jamu ini disiapkan oleh Dewan Jamu Indonesia dan Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia sebagai focal point elemen inskripsi jamu di UNESCO.

"Kami berterima kasih atas dukungan KBRI Paris, Kelompok Pantja Indra, KNIU, Menteri Pendidikan Dasar menengah dan jajaran Kemdikdasmen,  bupati kabupaten Ponorogo, Menteri Kebudayaan beserta jajaran Kementrian Kebudayaan, Dewan Jamu Indonesia dan Gabungan Perusahaan Jamu Indonesia (GP Jamu) dalam pelaksanaan acara ini,"  ujar Satrya.

Baca Juga:

Menurutnya, melalui kurasi pertunjukan yang merepresentasikan identitas, kreativitas, dan kebersamaan, “Indonesian Extravaganza” menegaskan bahwa warisan budaya takbenda Indonesia hidup dan relevan di tengah arus globalisasi, serta menjadi jembatan dialog lintas budaya yang menumbuhkan saling pengertian.  

“Kolaborasi adalah elemen terpenting dalam mendukung pelestarian WBTb sebagai bagian penting dari keberagaman budaya dunia dan untuk berkontribusi aktif dalam ekosistem kebudayaan UNESCO,”  kata Satrya.(ril)  

 


Related Stories