Realisasi Kepabeanan dan CukaI Hanya Rp300,2 Triliun

Ilustrasi rokok. (imperial)

JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi penerimaaan kepabeanan dan cuka senilai Rp300,2 triliun hingga akhir 2024. Lagi-lagi realisasi ini tak mencapai target dari yang ditetapkan APBN 2024 senilai Rp321 triliun atau hanya menembus 93,5%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, meski tak capai target namun realisasi tersebut katanya lebih baik dari laporan semester I-2024 senilai Rp296,5 triliun atau tumbuh 4,9%.

"Lebih baik dari yang kita prediksikan di tengah tahun meskipun di bawah target APBN awal Rp321 triliun,"katanya dalam APBN KiTa Edisi Januari pada Senin, 6 Januari 2025.

Baca juga:

Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu dalam paparannya menjelaskan pergerakan penerimaan kepabeanan dan cukai dalam 4 kuartal pada 2024. Penerimaan kepabeanan dan cukai pada kuartal 1-2024 terkontraksi 4,6% karena penurunan produksi hasil tembakau, penurunan harga CPO, serta penurunan penerimaan bea masuk pada komoditas utama.

Kinerja kepabeanan dan cukai mulai membaik pada kuartal II-2024 dengan pertumbuhan sebesar 3,2% seiring dengan peningkatan produksi rokok dan kelanjutan kebijakan relaksasi ekspor mineral. 

Pada kuartal III-2024, penerimaan kepabeanan dan cukai bahkan mampu tumbuh 20,6% karena peningkatan produksi rokok golongan II dan III, meskipun golongan I turun akibat fenomena downtrading.

Faktor lainnya ada pada peningkatan nilai impor karena penguatan dolar AS terhadap rupiah dan kelanjutan kebijakan relaksasi ekspor tembaga. Adapun pada kuartal IV-2024, penerimaan kepabeanan dan cukai tumbuh 3%.

Penerimaan Pajak Tak Capai Target

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi penerimaan pajak mencapai Rp1.932,4 triliun pada 2024. Lebih rendah atau shortfall dari target APBN 2024 yang sebesar Rp1.988,9 triliun atau mencapai 97,2 persen dari target.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi tersebut tumbuh 3,5% dibandingkan tahun sebelumnya, namun pertumbuhannya lebih rendah dari realisasi tahun lalu yang tumbuh 8,8% menjadi Rp1.867,9 triliun.

"Penerimaan pajak, meskipun harga komoditas dan tekanan bertubi-tubi, masih tumbuh 3,5 persen. Ini adalah sesuatu yang kita syukuri dan kita akan terus jaga," katanya dalam APBN KiTa Edisi Januari pada Senin, 6 Januari 2025.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 07 Jan 2025 

Bagikan

Related Stories