SImak inilah, 5 Tradisi Memanggil Hujan Saat Kemarau Panjang di Indonesia

Tradisi Tiban Banyuwangi (Foto: Kemenko PMK) ((Foto: Kemenko PMK))

JAKARTA - Wilayah Indonesia sedang dilanda fenomena El Nino yang menyebabkan kemarau kering di sejumlah daerah. Kemarau kering berkepanjangan mengakibatkan sejumlah daerah mengalami kekeringan. 

Untuk mengatasi kondisi itu, masyarakat Indonesia dari berbagai daerah memiliki cara unik dalam memanggil hujan. Berbagai tradisi itu telah dilakukan secara turun temurun. Trenasia merangkumnya dalam lima tradisi unik meminta hujan di Indonesia.

Ritual Meminta Hujan Cingcowong

Tradisi memanggil hujan Cincowong (Foto: Dirjen Kebudayaan Kemendikbud)

Cingcowong merupakan ritual pemanggil hujan unik yang berasal dari Desa Luragung Landeuh, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Ritual memanggil hujan ini menggunakan media roh-roh yang dimasukkan pada boneka yang didandani sedemikian rupa. Sekilas mirip jalangkung, namun badan boneka Cingcowong terbuat dari bubu ikan seperti dikutip dari laman Kemendikbud, Jumat 13 Oktober 2023.

Baca Juga"

Ritual digelar dengan dipimpin seorang yang memiliki keahlian spiritual atau dinamakan punduh dalam istilah mereka. Singkatnya setelah ritual dimulai dan boneka telah dirasuki oleh ruh maka akan begerak kesana kemari. Boneka yang dirasuki ini akan bergerak kemanapun termasuk ke arah para penonton. Dalam kondisi seperti ini, punduh akan mengucapkan mantra sembari menyipratkan air bunga kepada penonton dan berkata “hujan, hujan, hujan”.

 

Tradisi Tiban Banyuwangi

Tradisi Tiban Banyuwangi (Foto: Kemenko PMK)

Banyuwangi memiliki tradisi unik dalam meminta hujan bernama Tiban. Tradisi ini cukup ekstrem sebab dilakukan dengan cara tarung cambuk antar dua pria. Pemain akan bertelanjang dada dan saling pukul dengan menggunakan cambuk. Aturan main dalam tarung cambuk itu dilarang memukul bagian kepala dan organ vital lainnya.

Meski harus dipukul dengan cambuk, para pemain yang luka tidak sakit hati sebab sudah menjadi bagian tradisi. Tradisi ini dapat dijumpai tepatnya di Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi. Untuk melestarikan budaya ini, tradisi Tiban digelar setahun sekali. Durasi tradisi ini cukup lama sekitar sepuluh hari berturut. 

Tradisi Cowongan, Banyumas

Tradisi Cowongan, Banyumas (Foto: Dirjen Kebudayaan Kemendikbud)

Ritual meminta hujan berikutnya berasal dari daerah Banyumas tepatnya di Desa Plana, Kecamatan Somagede. Tradisi ini hampir sama dengan Cingcowong di Kabupaten Kuningan yang memakai media roh halus melalui boneka. Boneka yang didandani akan diletakkan pada tempat keramat seperti di tepi sungai, makam, punden dan lainnya.

Nantinya boneka tersebut akan dirasuki oleh roh yang dianggap sebagai jelmaan Dewi Sri yang akan membawa hujan. Ritual ini dipimpin oleh seorang yang berkemampuan spiritual dan mampu menghafal mantra pemanggil hujan. Selain mantra terdapat syair pujian kepada tuhan agar hujan segera turun. Kesan mistis tradisi ini semakin melekat dengan digunakannya dupa dan beragam bunga.

Tari Sintren

Tradisi Sintren (Foto: Pemkab Cilacap)

Tari Sintren menjadi ritual pemanggil hujan dari pesisir utara Pulau Jawa. Tarian ini juga kental akan magis. Penari terdiri dari pria dan wanita yang masih perjaka dan perawan. Keduanya akan menari dalam keadaan tidak sadar sebab dimasuki oleh roh. Ritual Tari Sintren diadakan selama 40 malam berturut-turut. Seorang pawang ritual akan berdoa kepada tuhan agar hujan cepat turun seperti dikutip dari Laman resmi Kemenko PMK, Jumat 13 Oktober 2023.

Mantu Kucing 

Mantu Kucing merupakan tradisi pemanggil hujan yang unik. Tradisi ini dikenal luas oleh masyarakat di Jawa bagian Selatan mulai Pacitan, Tulungagung, hingga Banyuwangi. Ritual ini dilakukan lazimnya sebuah pernikahan. Kucing betina dan Jantan akan dipertemukan lalu dimandikan di sebuah sungai.

Dalam memandikan kedua kucing tersebut, Sesepuh desa mengucapkan doa dan mantra dengan perantaraan dua ekor kucing (pengantin) yang dimandikan. Sesepuh akan memohon kepada Tuhan agar menurunkan hujan. Usai kedua kucing dimandikan maka warga yang turut dalam ritual akan makan bersama nasi tumpeng yang telah didoakan terlebih dahulu. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Khafidz Abdulah Budianto pada 15 Oct 2023 

Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories