Ragam
Saking Pentingnya Pohon Enau, Tercatat di Prasasti Talang Tuo
PALEMBANG, WongKito.co - Pohon enau atau aren yang nama latinnya Arenga Pinnata sangat penting bagi masyarakat Indonesia, juga Sumatera Selatan.
"Saking pentingnya pohon enau, tercatat di Prasasti Talang Tuo," kata Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Sumsel DR Farida R Wargadalem, belum lama ini.
Prasasti Talang Tuo sendiri dibuat pada tahun Saka 606 yang berisi pesan Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
Farida menjelaskan salah satu diksi yang dituliskan dalam prasasti tersebut adalah enau bersama pohon lain, .
Pohon enau merupakan sumber pangan yang sangat penting di masa itu, bahkan hingga sekarang.
Baca Juga:
- Cuan! Sido Muncul Raup Laba Bersih Rp1,26 Triliun Tahun 2021
- Tawarkan Sayuran Organik di Destinasi Sekanak Lambidaro
- Yuk Nikmati, The Excelton Hotel Palembang Tawarkan Valentine Dinner Set Menu for Couple
Bagi masyarakat Sumsel, dan khususnya Kota Palembang aren dari pohon enau sangat berguna untuk membuat olahan cuko atau kuah pempek.
Namun, tidak semua pohon enau menghasilkan nira dengan kualitas yang sama, ujar dia.
Ia mencontohkan pohon enau di kawasan Musirawas da Lubuklinggau dikenal menghasilkan nira yang cocok untuk membuat cuko atau biasa disebut gula batok.
Sedangkan pohon enau di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) lebih cocok untuk gula merah atau biasa juga disebut gula kerek sehingga kurang pas saat dibuat cuko, kata dia.
Kelesan adalah Pempek
Pohon enau tidak hanya menghasilkan nira yang cocok untuk beragam bahan makanan, Farida mengungkapkan dari pohon aren juga menjadi dasar pembuatan pempek atau kelesan.
Sagu dari pohon enau menjadi kombinasi yang mantap dengan dicampurkan daging ikan.
Perpaduan dua bahan tersebut akan menciptakan olahan pempek yang pas sehingga nikmat rasanya disantap, tutur dia.
Baca Juga:
- Kilang Pertamina Plaju Gaungkan Semangat Budaya HSSE, Bulan K3 Nasional
- Kembangkan Desa Wisata MotoGP, RedDoorz Gandeng Pemprov NTB
- 25 Twibbon ini, Meriahkan Imlek 2022
Namun, kekinian untuk membuat pempek ia menjelaskan bisa juga menggunakan tepung tapioka atau tepung yang berasal dari singkong.
Meskipun hanya tepung tapioka khusus saja yang cocok untuk dipadukan dengan ikan gabus atau ikan laut sehingga hasilnya tidak hanya enak dinikmati tetapi juga teksturnya lembut dan halus, ujar dia.
Sementara Budayawan Palembang Yudhi Syarofie mengungkapkan kalau sebenarnya pempek atau nama awalnya adalah kelesan tersebut awalnya merupakan cara masyarakat Palembang mengawetkan ikan.
Sungai Musi yang kaya dengan beragam ikan membuat masyarakat di masa itu, menjadikan ikan sebagai makanan tambahan selain nasi.
Ikan gabus dan ikan belida menjadi dua jenis ikan yang paling cocok untuk diolah menjadi pempek.
Sedangkan ikan lainnya, diolah menjadi makanan berkuah, seperti pindang atau gulai, tambah dia.
Pempek sendiri menurut Yudhi sebenarnya bukanlah produk akulturasi dari Tiongkok tetapi asli dari penduduk pribumi waktu itu.
Dengan nama kelesan. Kelesan sendiri merupakan sebutan pada proses membuat makanan olahan ikan tersebut dengan membentuk adonan menjadi lonjong dan panjang.
Dikenal menjadi pempek itu saat penjualannya dilakukan oleh lelaki keturunan Tionghoa penjual kelesan yang dipanggil apek, karenanya sampai sekarang dikenal dengan nama pempek.(Nila Ertina)