Ragam
Sampel Batuan, Usia Bulan Diperkirakan Lebih Tua dari Sebelumnya
Jakarta, Wongkito.co - Sampel batuan yang diambil dari bulan pada saat misi Apollo 17 pada tahun 1972, menunjukan usia bulan yang diperkirakan lebih tua dari perkiraan sebelumnya.
Hal itu dibuktikan dengan hasil penelitian, karena sebelumnya, Astronot Amerika Serikat Harrison Schmitt dan Eugene Cernan, berhasil mengumpulkan sekitar 110,4 kg sampel tanah dan batuan dari permukaan bulan selama misi tersebut.
Penemuan terbaru penelitian ini menunjukan kristal mineral zirkon yang ditemukan dalam pecahan batuan beku yang dikumpulkan oleh Schmitt mengungkap tabir misteri usia bulan.
Analisis kristal ini membantu para ilmuwan menetapkan usia bulan dengan lebih akurat, hasilnya, bulan ternyata terbentuk lebih dari 4,46 miliar tahun yang lalu, Usia bulan ini diperkirakan berjarak 110 juta tahun setelah tata surya pertama kali terbentuk.
Para ilmuwan menemukan bahwa mineral tertua yang ditemukan di Bumi, Mars, dan Bulan adalah kristal zirkon. Mereka mengungkapkan bahwa zirkon, bukan merupakan berlian, namun zirkon memiliki ketahanan yang luar biasa seperti berlian.
Batuan bulan yang mengandung zirkon dikumpulkan di lembah Taurus-Littrow di tepi tenggara Lembah Mare Serenitatis Bulan dan disimpan di Johnson Space Center NASA di Houston. Zirkon terbukti sangat keras dan kuat, mampu bertahan dari kerusakan akibat pelapukan dan proses alam lainnya.
Baca juga
- Peningkatan Konsumsi Tembakau di Kalangan Pelajar SMP dan SMU
- Kualitas Udara: Ogan Ilir Berbahaya, Palembang Sangat Tidak Sehat
- Telkomsel dan Huawei Kerja Sama Pengembangan Teknologi dan Aplikasi 5G
Selama bertahun-tahun, teori utama tentang asal-usul bulan telah menyatakan bahwa dalam masa awal pembentukan tata surya ketika planet – planet saling bertabrakan dan meledak, sebuah objek seukuran Mars yang dikenal sebagai Theia menabrak Bumi. Dampak dari tumbukan ini melepaskan magma.
Jutaan ton magma yang terlempar ke angkasa akhirnya saling menarik dan menggumpal membentuk piringan puing yang akhirnya membentuk bulan yang kini kita kenal. Penemuan ini bukan hanya merupakan tonggak sejarah manusia dalam mengubah pemahaman kita tentang asal-usul bulan, tetapi juga menjadi penanda pentingnya penjelajahan luar angkasa dalam mengungkap sejarah tata surya dan planet kita.
Temuan ini adalah hasil kolaborasi ilmu pengetahuan dan eksplorasi luar angkasa yang telah membawa kita lebih dekat untuk memahami salah satu objek langit yang paling dekat dengan Bumi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 28 Oct 2023