Ekonomi, Fintech & UMKM
Sempat Rugi Rp11,2 Triliun, Pertamina Optimis Raih Laba Bersih Rp9 T
JAKARTA, WongKito.co - Meskipun sempat rugi sampai Rp11, 2 triliun pada semester I 2020, PT Pertamina (Persero) optimis pada semester kedua ini akan meraih laba bersih mencapai Rp9 triliun.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan jika konsisten menorehkan laba Rp7 triliun setiap bulan seperti pada awal paruh kedua tahun ini. Maka tak butuh waktu lama, kerugian paruh pertama dapat ditutupi.
“Kalau Juni kita rugi Rp11 triliun, maka per Juli kerugian Pertamina turun jadi Rp5 triliun. Lalu kalau Agustus untung lagi Rp7 triliun, maka Pertamina bisa menutupi kerugian Rp5 triliun, sisanya jadi untung Rp2 triliun. Kalau September untung misalnya Rp7 triliun lagi, maka September bisa catat untung Rp9 triliun,” ujarnya saat berbincang dengan reporter TrenAsia.com, jaringan WongKito.co, Selasa (8/9)
Pada pada Januari 2020, Pertamina masih membukukan laba bersih positif US$87 juta setara Rp1,27 triliun. Namun memasuki tiga bulan selanjutnya, perseroan mengalami kerugian bersih rata-rata US$500 juta, setara Rp7,3 triliun setiap bulan.
Memasuki periode Mei hingga Juli 2020, Pertamina kembali mencatatkan laba bersih rata-rata sebesar US$350 juta atau senilai Rp5,1 triliun tiap bulannya. Pencapaian ini memang terus mengurangi kerugian yang sebelumnya telah tercatat.
Kendati demikian, dia menyatakan bahwa hal ini hanya perkiraan saja dan tidak dapat menjadi patokan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan juga menjadi pertimbangan tersendiri.
“Tapi enggak bisa main disamaratakan saja. Kita lihat ke depannya seperti apa. Yang jelas EBITDA dan laba operasi kita positif, ini menunjukkan operasional berjalan baik,” tutur Fajriyah.
Target Laba dan Ekspansi
Dia memproyeksikan bahwa kemungkinan besar laba Pertamina tahun ini tidak akan sebesar tahun sebelumnya yang mencapai Rp36 triliun. Hal ini dikarenakan tantangan berat yang dihadapi perseroan di tengah pandemi COVID-19 serta pengurangan demand bahan bakar minyak (BBM).
Selain itu, Fajriyah juga menyatakan adanya pemangkasan pada belanja operasional (operational expenditure/opex) dan belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan. Untuk belanja operasional, perseroan akan memotong anggaran hingga 30%. Sedangkan, Pertamina akan melakukan efisiensi belanja modal sebesar 23%.
Untuk rencana ekspansi perusahaan, Fajriyah mengaku masih menjalani proses kajian. Ia juga enggan menyampaikan detail dari proses tersebut. (SKO)