Serunya Belajar Bahasa Isyarat Bersama Guru Tuli

Suasana belajar bahasa isyarat Bisindo di Utopia Palembang (Foto WongKito.co/Yulia Savitri)

PALEMBANG, WongKito.co - Pelatihan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) level I baru saja selesai ketika Ketua DPD Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Sumsel, Iwan Oktarianto dan sejumlah anggota menyapa kelas di Utopia Collaboration Space Palembang, Jumat malam (21/06/24).

Iwan mendapati para peserta pelatihan berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, karyawan, hingga model. Dengan komunikasi terbatas karena masih baru belajar bahasa isyarat, perjumpaan Iwan dan peserta terpantau hangat dan dapat saling mengenal.

“Saya senang sekali karena diantara peserta ini juga ada orangtua yang memiliki anak tuli. Nantinya, hasil belajar bahasa isyaratnya bisa langsung diaplikasikan di rumah,” kata Iwan saat mengenalkan organisasi Gerkatin kepada peserta pelatihan.

Baca Juga:

Salah satu peserta pelatihan, Rosy Handayani mengatakan, motivasinya mengikuti kelas bahasa isyarat untuk membantu pekerjaannya sebagai terapis wicara di salah satu rumah sakit di Palembang. Belajar bersama dengan guru tuli menurutnya menambah pengalaman baru yang menyenangkan dan memperluas pertemanan.

“Saya mau kalau nanti sudah mahir diminta menjadi juru bahasa isyarat. Tapi sepertinya harus melewati minimal dua level pelajaran dan mengikuti ujian sertifikasi,” kata Rosy.

Peserta lainnya, Arkin Alvaro mengatakan, dia belajar bahasa isyarat untuk menambah keahlian berbahasa selain bahasa inggris dan bahasa mandarin. Hal itu, untuk mendukung kegiatan kontes pageant yang sedang dia ikuti saat ini, yakni sebagai finalis Mister Teen Indonesia 2024 asal Sumsel.

Menariknya, saat mempelajari bahasa isyarat dan berbicara dengan guru tuli atau kawan tuli, justru membuka kesadarannya kalau masih ada banyak hal yang belum diketahui.

“Di kelas itu guru tuli dengan murid yang bisa mendengar dan berbicara semua. Kita diminta untuk tidak berbicara dengan suara satu sama lain, harus dengan bahasa isyarat. Gurunya tahu kalau kita berisik ketika sesi praktik,” tutur pelajar usia 16 tahun ini.

Kawan Tuli Butuh Dukungan Komunikasi

Humas Pusbisindo Sumsel, Yudha mengungkapkan, Gerkatin Sumsel diwadahi Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo) membuka pembelajaran bahasa isyarat bagi masyarakat umum Palembang sejak Desember 2021. Sebab, bahasa isyarat tidak terbatas hanya untuk kawan tuli tetapi juga untuk semua kawan dengar, orang tua, guru SLB, terapis, psikolog, para profesional, dan siapa saja dari semua lapisan sosial.

Di Palembang saat ini sudah masuk angkatan ke-8 yang terdiri dari kelas daring maupun pertemuan langsung. Sejauh ini antusias masyarakat masih sedikit karena pelatihan bahasa isyarat di Palembang masih menjadi hal yang baru. Berbeda dengan di Jakarta yang sudah banyak pesertanya.

Alasan lainnya, masyarakat Palembang mungkin banyak yang sibuk bekerja atau kuliah dan sulit menyesuaikan waktu dengan jadwal pelatihan. Sampai angkatan terakhir ini saja kebanyakan mendaftar kelas daring dan kelas malam. Di kelas daring, peserta didampingi penerjemah dengar.

“Harapannya, masyarakat umum bisa mendaftar dan belajar bahasa isyarat. Sebab kami senang kalau masyarakat dengar punya interest ke bahasa isyarat. Setidaknya mempermudah saat berkomunikasi,” terang Yudha dibincangi WongKito.co dibantu juru bahasa isyarat, Ian.

Yudha menjelaskan, pihaknya menyebarkan bahasa isyarat dengan membuka pelatihan umum karena kawan tuli masih sulit dan terkendala dalam berkomunikasi dengan masyarakat di setiap kegiatan. Setidaknya dengan bahasa isyarat, masyarakat bisa menyadari ataupun peduli dengan keberadaan kawan tuli.

Selain itu juga, pelatihan bahasa isyarat bagi umum dapat membuka peluang apabila ada yang tertarik untuk bekerja sebagai juru bahasa isyarat. Biasanya, kawan-kawan tuli hanya dijadikan objek pada sebuah event komunitas atau instansi. Mereka diundang saat seremonial saja. Jika tidak ada juru bahasa isyarat, kawan tuli tidak akan mendapatkan informasi apapun. “Baru ada 3 orang juru bahasa isyarat di Palembang,” hitungnya.

Baca Juga:

Disinggung kepedulian dari pemerintah, Wakil Ketua DPC Palembang ini menilai, belum semua pelayanan publik ramah kawan tuli. Diharapkan, pemerintah juga dapat memberikan lapangan kerja untuk kawan tuli yang masih banyak menganggur. Yudha sendiri sudah bekerja sebagai penerjemah tuli di TVRI Sumsel, beberapa anggota Gerkatin juga ada yang bekerja di instansi pemerintah lainnya, seperti Bapenda Sumsel dan RRI.

Gerkatin atau masyarakat tuli yang ada di Pusbisindo sangat terbuka untuk diajak bekerjasama dengan pemerintah ataupun masyarakat dalam kegiatan publik. Adanya Gerkatin juga, tambahnya, diharapkan kawan-kawan tuli lainnya terutama yang ada di daerah atau masih di rumah bisa turut bergabung. Dengan begitu mereka dapat menerima informasi pelatihan ataupun lowongan kerja. Meskipun mungkin ada yang malu untuk berkegiatan atau masih takut didiskriminasi.

Juru bahasa isyarat, Ian menambahkan, dia sudah menjadi juru bahasa isyarat saat di Solo 10 tahun lalu. Sejak pindah ke Kota Palembang tiga tahun lalu, dia mencari kawan tuli Palembang dan kini berkegiatan membantu kawan tuli dalam menerjemahkan komunikasi. (Yulia Savitri)

Editor: Nila Ertina

Related Stories