Serunya Berbelanja Tengah Malam di Pasar Retail Jakabaring, dari Sayuran sampai Ayam Segar tak Ketinggalan Nobar Piala Dunia

Penjual gorengan di depan Pasar Retail Jakabaring (WongKito.co/Nila Ertina)

MALAM itu, di awal Desember 2022, akhirnya keinginan untuk berbelanja di Pasar Retail Jakabaring terwujud. Bersama saudara yang memang setiap pukul 23.00 WIB berbelanja ke Jakabaring, karena dia memang memiliki usaha ayam geprek yang mengharuskan belanja menjelang dini hari.

Sebagai pedagang ayam geprek dia mengaku memilih belanja tengah malam, karena membutuhkan waktu sekitar 9 jam untuk memarinasi ayam dengan belasan bumbu yang diraciknya sendiri.

"Formula bumbu, saya buat sendiri dari beberapa kali trial," kata Putra disela-sela perjalanan kami menuju Pasar Retail Jakabaring, Jumat dini hari (9/12/2022).

Sesekali, saya pun menoleh ke samping kiri dan kanan kendaraan yang lalu lalang tanpa makan ramai mendekati pasar yang berlokasi di kawasan Seberang Ulu. sedangkan kami berasal dari kawasan Seberang Ilir Kota Palembang yang dibelah Sungai Musi.

"Berhenti dulu, kita beli "bensin" biar enak menunggu yang belanja," kata Beta, istri Putra yang ikut sembari mengendong anak laki-lakinya baru berusia 3 tahun.

Baca Juga:

Kemudian, mobil pun berhenti dan kami pun turun menuju sebuah warung makanan yang hanya menggunakan tenda sebagai atapnya.

Di atas meja puluhan jenis kue dan gorengan ditata sehingga pembeli pun akan dengan mudah memilih makanan yang diinginkannya.

"Bunda, nasi kuning satu dan satu lagi nasi gemuk," kata Beta memesan kepada perempuan yang dipanggilnya bunda tersebut.

Perempuan pengelola warung yang dipanggil bunda tersebut bercerita kalau warung makanan yang dikelolanya tersebut dibuka 24 jam.

"Kami ini, buka 24 jam dan biasanya bergantian menjaga dan memasak bahan makanan yang dijual," kata dia.

Meskipun tengah malam tampak tak terlihat rasa lelah sedikitpun. Penampilannya yang ceria dengan bahasa yang renyah membuat perempuan berusia 40 tahunan itu, bersemangat melayani pembeli.

"Semua kue dijual Rp 1.000 per buah, silakan pilih. Kalau nasi gemuk dan nasi kuning Rp 5 ribu per bungkus," kata dia ramah.

Setelah merasa cukup bekal, ada nasi gemuk, nasi kuning, gorengan dan kue bolu. Kembali kami naik ke mobil, dan melanjutkan ke Pasar Retail Jakabaring yang sesungguhnya tinggal beberapa langkah lagi.

Mobil pun memasuki jalan yang samping kanan dan kirinya sudah berjajar pedagang sayuran dan buah-buahan menawarkan dagangannya.

3 ton ayam terjual

Pergi bersama pelaku usaha yang berjualan ayam geprek, tentunya yang pertama didatangi tempat penjualan ayam.

Sembari mengiringi langkah kaki di belakang Putra, saya pun melihat kanan dan kiri apa saja yang dijual pedagang di  tengah malam itu.

Ada cabai, sayuran, tomat, pepaya dan beragam jenis rempah basah, seperti kunyit, lengkuas, jahe dan serai.

Lalu, saya pun takjub melihat ikan-ikan baung laut yang masih beku dan terbungkus plastik transparan.

Ikan-ikan dengan berat sekitar 3 kilogram per ekor tersebut masih tertutup dan belum dijual karena memang  tampaknya belum ada penjual yang menjagai.

Saya pun hanya melintas dan berlalu dengan rasa penasaran karena ikan tersebut tampak besar-besar tetapi tidak bisa dilihat langsung.

Memasuki pintu yang menjadi pembatas tembok antara Pasar Retail dan Terminal Jakabaring, tibalah di pedagang ayam potong.

Epi nama penjual ayam potong tersebut, bersama istri dan pegawainya telah melayani pelanggan sejak pukul 23.00 WIB setiap malam.

Ia mengaku berjualan dari malam sampai pagi hari.

Mayoritas pelanggannya adalah pedagang olahan ayam, ayam geprek, ayam goreng tepung atau beragam ayam lainnya yang kini ramai dijual.

Setiap malam, Epi mengungkapkan sedikitnya 3 ton ayam potong terjual dari  dua lapaknya berada di pasar tradisional tersebut.

Harga ayam, tentunya akan sangat bergantung harga yang ditentukan pemasok ayam.

Tetap Nobar

Usai memesan ayam, kami pun bergeser ke toko manisan untuk membeli minyak goreng, tepung dan beragam bumbu untuk mengolah ayam potong menjadi masakan  yang kaya rasa rempah.

Sambil mengikuti dari belakang, saya pun sesekali menanyakan harga sayuran maupun bawang merah dan bawang putih.

Karena biasa membeli sedikit, saya pun menanyakan harga berapa 1/4 kg bawang putih. Ternyata, penjual hanya melayani minimal penjual 1/2 kilogram.

Selanjutnya, 1/2 kilogram bawang merah pun siap secepat kilat ditimbang dan diberikan kepada saya oleh pedagang. Pedagang pun, kembali fokus pada telpon seluler yang diletaknya tidak jauh dari bawang merah yang dijual.

Kemudian, berteriak gollllll.....oh ternyata mereka sedang fokus menonton laga piala dunia. Pertandingan saat itu, Kroasia melawan Brazil.

Suka cita perhelatan piala dunia tampaknya tetap dirasakan pedagang, meskipun mereka menonton sambil melayani pembeli di tengah malam. Di saat orang  lain, nonton bersama keluarga, teman dan kolega, sang penjuang rejeki tengah malam masih bisa menyematkan rasa bahagia di sisi terdalamnya sebagai pencinta bola.(Nila Ertina)

 


Related Stories