Ragam
Simak 4 Jurus Hentikan Pemborosan, Dapur Kita Bakar Duit Rp551 Triliun
JAKARTA, – Sepiring nasi basi yang Anda buang pagi ini mungkin terasa sepele. Namun, menurut data terbaru dari Kementerian PPN/Bappenas (2024), akumulasi sisa makanan atau food waste di Indonesia ternyata membakar uang negara hingga Rp551 triliun per tahun.
Angka tersebut sangat fantastis, karena setara dengan 4-5% PDB nasional. Masalah ini tidak berhenti di kerugian ekonomi. Timbunan sampah makanan juga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang sangat besar.
Yang lebih mengejutkan, riset yang dilakukan oleh Lestari dan Halimatussadiah (2022) menemukan bahwa rumah tangga justru menjadi kontributor terbesarnya. Ironisnya, semakin kaya sebuah keluarga, semakin banyak makanan yang berakhir di tong sampah.
Ini bukan lagi masalah pemerintah atau industri, ini adalah masalah yang dimulai dari dapur kita masing-masing. Lantas, bagaimana cara kita sebagai individu bisa menghentikan pemborosan masif ini? Melalui artikel ini, TrenAsia.Id memberikan empat tips jurus sederhana yang bisa langsung Anda praktikkan.
1. Belanja Cerdas, Masak Secukupnya
Akar dari food waste seringkali dimulai dari rak belanja. Banyak orang tergoda oleh diskon atau promo, membeli bahan makanan lebih banyak dari yang dibutuhkan, lalu lupa memasaknya hingga akhirnya kedaluwarsa dan membusuk di dalam kulkas.
Bappenas menekankan bahwa konsumsi yang bijak di level rumah tangga adalah langkah paling penting untuk menekan kerugian ekonomi. Hal ini menuntut adanya disiplin dalam merencanakan menu mingguan dan membuat daftar belanja yang jelas sebelum pergi ke pasar atau supermarket.
Banyak keluarga telah membuktikan bahwa kebiasaan sederhana seperti membuat catatan belanja mampu menjadi benteng pertama melawan pemborosan. Dengan membeli secukupnya, sampah pangan berkurang signifikan dan pengeluaran dapur pun ikut menurun.
2. Kuasai Ilmu Kulkas dengan Prinsip FIFO
Banyak makanan rusak bukan karena tidak sempat dimakan, melainkan karena salah dalam penyimpanan. Prinsip First In, First Out (FIFO), di mana makanan yang lebih dulu dibeli harus lebih dulu dikonsumsi, adalah ilmu kulkas yang sangat efektif menekan limbah.
Tanpa kesadaran ini, kulkas dengan mudah bisa menjadi kuburan bahan makanan. Hal ini dikonfirmasi oleh studi dari Antriyandati dan kawan-kawan (2024) yang menemukan kesadaran akan risiko sangat menentukan perilaku pengelolaan sampah. Padahal, hanya dengan sedikit disiplin menata ulang isi kulkas, risiko makanan terbuang bisa ditekan.
Artinya, praktik FIFO terbukti mampu menurunkan jumlah bahan pangan yang terbuang hingga puluhan persen. Hanya dengan menempelkan label tanggal atau mengatur ulang posisi bahan makanan, uang yang tadinya ikut membusuk bisa diselamatkan.
3. Ubah Sisa Makanan Jadi Cuan
Tidak semua sisa makanan harus berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Nasi basi, kulit buah, dan potongan sayuran sebenarnya masih bisa diolah kembali menjadi sesuatu yang bernilai, sebuah praktik yang sejalan dengan konsep ekonomi sirkular.
Maggot farming menjadi salah satu contoh yang paling menarik. Larva Black Soldier Fly mampu mengurai sisa dapur dalam hitungan hari dan mengubahnya menjadi pakan kaya protein untuk ikan atau ayam. Sampah yang tadinya tak berguna bisa menjadi rupiah.
Selain maggot, banyak keluarga juga memilih untuk membuat kompos. Sisa makanan difermentasi menjadi pupuk organik yang sangat baik untuk menyuburkan tanaman. Dari dapur, limbah berubah fungsi menjadi sumber manfaat baru bagi lingkungan.
4. Donasikan Makanan, Selamatkan dari Tong Sampah
Makanan berlebih yang masih sangat layak konsumsi seringkali hanya dibiarkan hingga basi. Padahal, berbagi adalah cara paling mulia dan paling cepat agar makanan tidak berubah statusnya menjadi sampah yang merugikan.
Makanan yang masih aman dan layak bisa Anda bagikan kepada tetangga, asisten rumah tangga, petugas keamanan, atau komunitas sekitar yang membutuhkan. Dengan cara ini, bukan hanya sampah yang berkurang, tetapi juga hubungan sosial akan semakin kuat.
Jika kebiasaan berbagi makanan ini dilakukan oleh jutaan rumah tangga di Indonesia, sebagian dari kerugian Rp551 triliun per tahun bisa ditekan. Dampaknya akan ganda: ekonomi menjadi lebih efisien, lingkungan lebih bersih, dan solidaritas sosial semakin tumbuh.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Alvin Bagaskara pada 26 Aug 2025