Ragam
Simak Cara Membedakan Beras Asli dan Oplosan
JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan temuan yaitu sebanyak 212 merek beras diduga terlibat dalam praktik pengoplosan dan pelanggaran terhadap standar kualitas.
Setelah BBM oplosan terbitlah beras oplosan. Modus beras oplosan tak hanya merugikan konsumen dari segi kualitas, tapi juga menimbulkan kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai Rp99 triliun setiap tahun.
Temuan tersebut dari hasil pemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh tim Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Satgas Pangan Polri.
Baca juga:
- BPRS Baru Milik Muhammadiyah, Intip Yuk Bank Syariah Matahari
- ESG Bukan Sekadar Komitmen, BRI Catatkan Portofolio Sustainable Finance Senilai Rp796 Triliun
- Daftar Wakil Indonesia di Japan Open 2025, Menanti Ginting Comeback Usai Cedera
Temuan ini didasarkan pada hasil pemeriksaan terhadap 268 merek beras yang dilakukan di 13 laboratorium yang berada di 10 provinsi berbeda.
Modus yang ditemukan terdiri dari pengemasan beras dengan volume yang tidak sesuai serta klaim kualitas palsu. Beberapa produk mencantumkan berat 5 kilogram, tapi isinya hanya sekitar 4,5 kilogram. Selain itu, sekitar 86% merek mengaku sebagai beras premium, meskipun kualitasnya tergolong biasa saja.
Praktik ini turut melibatkan pengemasan ulang beras subsidi dari program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Menurut Amran, 80% beras SPHP telah dicampur lalu dipasarkan kembali sebagai beras premium, yang kemudian memicu lonjakan harga.
Adapun, ia mengungkapkan upaya penegakan hukum harus fokus pada produsen berskala besar, bukan kepada pedagang kecil.
Menurutnya, pedagang eceran hanya menjual produk dari distributor dan tidak mengetahui adanya praktik pengoplosan. Oleh karena itu, data serta bukti terkait 212 merek beras bermasalah telah diserahkan ke Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Jaksa Agung ST Burhanuddin untuk proses hukum lebih lanjut.
Beras merupakan makanan pokok utama bagi masyarakat Indonesia serta banyak negara di Asia. Terdapat beragam jenis beras, seperti beras putih, merah, hitam, dan cokelat, yang masing-masing memiliki kandungan nutrisi serta manfaat yang berbeda-beda. Lantas, jika marak kasus beras oplosan, bagaimana cara membedakannya?
Cara Membedakan Beras Asli dan Oplosan
Dilansir dari berbagai sumber, berikut cara bedakan beras asli dan beras oplosan:
1. Warna dan Kilau Butiran Tidak Seragam
Beras yang asli umumnya memiliki warna alami yang relatif sama, tidak terlalu putih dan tidak terlalu mengilap.
Jika butiran beras tampak mencolok, kusam, atau mengilap seperti plastik, hal tersebut menunjukkan bahwa beras tersebut kemungkinan berasal dari campuran berbagai jenis atau kualitas, bahkan mungkin ada yang sudah rusak namun tetap disatukan. Sebaiknya waspada karena bisa jadi itu bukan beras asli.
2. Ukuran Butiran Macam-macam
Beras asli yang berkualitas biasanya memiliki ukuran dan bentuk butiran yang seragam. Nah, pada beras oplosan sering terlihat campuran antara bulir panjang dan pendek, atau antara yang besar dan kecil, yang mengindikasikan adanya gabungan dari berbagai jenis beras atau sisa beras yang sudah rusak.
3. Aroma Beras Tidak Khas
Beras asli biasanya mengeluarkan aroma alami yang khas, seperti wangi pandan atau bau segar dari padi. Sebaliknya, beras palsu atau oplosan cenderung memiliki bau apek, beraroma bahan kimia, atau bahkan tidak berbau sama sekali. Aroma tersebut bisa menjadi indikasi beras telah disimpan terlalu lama, tercemar bahan kimia, atau sudah mengalami kerusakan.
4. Mengapung Saat Direndam Air
Untuk menguji keaslian beras, bisa dilakukan dengan merendamnya dalam air. Jika banyak butir beras yang mengapung, ada kemungkinan beras tidak murni. Pada beras asli, air hanya akan tampak sedikit keruh, sedangkan pada beras oplosan, air cenderung berubah menjadi lebih pekat.
5. Terdapat Benda Asing Saat Dicuci
Saat mencuci beras, coba perhatikan apakah muncul partikel asing yang mengapung di permukaan air seperti serpihan plastik, bubuk putih, atau kotoran lainnya. Adanya benda-benda ini bisa menjadi indikasi bahwa beras telah terkontaminasi atau mengandung bahan tambahan yang berisiko membahayakan kesehatan.
6. Hasil Masakan Nasi Lembek
Setelah dimasak, nasi dari beras oplosan umumnya tidak se-pulen atau se-tanak nasi dari beras berkualitas. Teksturnya bisa menjadi terlalu lembek, cepat basi, atau terlalu lengket. Kondisi ini terjadi karena pencampuran jenis beras yang tidak tepat atau karena kualitas pati di dalam beras tersebut sudah menurun.
7. Harga Lebih Murah dari Pasaran
Beras premium umumnya dibanderol dengan harga yang sesuai karena proses produksi dan kualitasnya yang tinggi. Jika ada beras yang dijual dengan harga jauh lebih murah, perlu dicurigai adanya campuran atau kemungkinan pemalsuan.
8. Kemasan Tidak Rapi
Saat membeli beras, periksalah dengan teliti kemasan beras, terutama jika dikemas dalam plastik. Pastikan terdapat izin edar, tanggal kedaluwarsa, dan bahwa kemasan dalam kondisi utuh tanpa sobekan.
Jenis-jenis Beras Oplosan
Terdapat beberapa junis beras oplosan yang kerap ditemukan di pasaran, di antaranya:
1. Beras Blended
Beras blended adalah hasil campuran dua atau lebih jenis beras yang berbeda, umumnya dilakukan untuk meningkatkan rasa, tekstur, atau tampilan nasi setelah dimasak. Misal, beras dengan harga rendah dicampur sedikit dengan beras premium agar terlihat lebih berkualitas.
Meski lebih halus dibanding jenis oplosan lainnya, tanpa transparansi dalam mencantumkan komposisinya, tetep saja praktik ini tetap dianggap menipu konsumen dan bisa menurunkan kualitas produk secara keseluruhan.
2. Campuran Beras dengan Bahan Lain seperti Jagung
Jenis ini merupakan salah satu bentuk beras oplosan yang sering ditemukan, terutama di wilayah tertentu. Beras dicampur dengan bahan pangan lain seperti jagung pipil kering, biasanya untuk menurunkan biaya produksi atau menyesuaikan dengan kebiasaan konsumsi setempat.
Meski tampak tak berbahaya, campuran seperti ini tetap perlu diawasi karena tidak semua konsumen siap menerima perubahan pada rasa, tekstur, atau nilai gizinya. Jika dilakukan tanpa keterangan yang jelas pada kemasan, praktik tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk penipuan terhadap konsumen.
3. Beras Rusak yang Dikilapkan Ulang
Beras yang telah rusak, baik akibat penyimpanan terlalu lama, pertumbuhan jamur, maupun kontaminasi mikroorganisme, kemudian diproses ulang untuk tampak seperti baru.
Prosesnya bisa meliputi pemolesan ulang butiran beras agar terlihat lebih putih dan bersih, atau penambahan bahan kimia seperti pemutih dan pengawet.
Jenis beras ini sangat berbahaya untuk dikonsumsi dan dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan, terutama jika dikonsumsi dalam jangka waktu panjang.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 15 Jul 2025