Simak Cara Mudah Transformasi Digital ala Prof Marsudi Dewan Pengarah BRIN

Sevima (ist)

SURABAYA, WongKito.co - Kekinian, mustahil akan menguasai teknologi digital jika kampus tidak menggunakan teknologi. Karena itu, transformasi digital di perguruan tinggi sangat penting untuk meningkatkan kualitas kampus.

“Transformasi digital adalah sebuah disrupsi untuk meningkatkan bisnis serta pendidikan menjadi lebih cepat dan kuat. Teknologi digital seperti kuliah online bahkan bisa mengurangi biaya pengeluaran di perguruan tinggi. Namun kalau tidak beradaptasi, kampus sendiri akan terdisrupsi dan ditinggalkan!,” kata 
Dewan Pengarah Badan Riset Inovasi Nasional Prof. Marsudi Kisworo, dalam Webinar SEVIMA, Kamis (21/04).

Tips transformasi digital ala Prof. Marsudi, yang pertama adalah memahami apa saja permasalahan di kampus. Proses ini akan membantu perguruan tinggi dalam memetakan solusi digital apa yang diperlukan untuk bertransformasi ke digital.

“Misalnya permasalahan pandemi, apakah harus menghambat seluruh proses pembelajaran dan perbaikan sistem informasi akademik kampus? Jawabnya tentu saja tidak, kalau kita bisa bertransformasi digital, mengelola kelas dan pelaporan justru makin murah dan mudah!,” lanjut pria yang kini juga menjabat sebagai Ketua Aliansi Pendidikan Vokasional Se-Indonesia (APVOKASI).

Baca Juga:

Tips yang kedua setelah memahami permasalahan, transformasi bisa dilanjutkan dengan cara merubah budaya dan pola pikir. Segenap komponen kampus harus siap melakukan perubahan, menyederhanakan pekerjaan yang ada, mengubah kebiasaan yang konvensional menjadi lebih maju dan kompeten, dan menjaga keamanan diri di ekosistem digital.

Keamanan menjadi poin penting, karena pasti ada orang-orang tidak bertanggungjawab yang ingin memanfaatkan data-data tersebut. Jangan sampai ada pihak yang mengambil keuntungan dari banyaknya data yang dimiliki oleh sebuah perguruan tinggi.

Keamanan bisa dimulai dengan cara setiap pengguna bertanggung jawab mengamankan datanya masing-masing.

“Ketika sudah beralih menuju digital, setiap SDM (Sumber Daya Manusia) di perguruan tinggi tersebut harus mengubah mindset yang ada. Harus transformasi budaya yang lebih maju dan kompeten untuk bisa melakukan manajemen informasi yang lebih baik. Rektor, dosen, mahasiswa, semua harus mau berubah!,” terangnya.

Manfaatkan Aplikasi Yang Ada di Internet

Tips yang terakhir dan tak kalah penting, adalah menentukan solusi digital yang tepat. Kampus bisa memilih apakah akan berinovasi aplikasi sendiri, ataupun memanfaatkan aplikasi yang sudah ada.

Terlebih, aplikasi pembelajaran online seperti zoom maupun sistem akademik berbasis awan (Siakadcloud), telah tersedia dan bisa dengan mudah diperoleh di internet.

Kampus dapat mempertimbangkan kondisi kampus untuk menentukan solusi digital mana yang cocok. Prof. Marsudi mengungkapkan bahwa walaupun inovasi adalah hal yang baik, tidak semua kampus cocok untuk membuat aplikasi sendiri.

Terlebih, kemampuan dosen di kampus pastinya berbeda-beda. Ada kampus yang sudah memiliki talenta yang mahir dalam pemrograman dan pembangunan jaringan, namun tak sedikit juga yang belum mampu.

Baca Juga:

Bagi kampus-kampus yang belum mampu, Marsudi berpesan agar pilihan membuat aplikasi dilakukan sendiri secara matang-matang dan jangan sampai dipaksakan. 
Karena akan berisiko dalam aspek keamanan.

“Perguruan tinggi harus menyesuaikan setiap kemampuannya ketika membangun sistem informasi. Jangan sampai kampus yang belum mampu membangun sistem informasi memaksa untuk membuat sistem informasi sendiri,” ujar Marsudi.

Senada, Sugianto Halim selaku Direktur Utama SEVIMA dan Pakar Teknologi Informasi mengungkapkan bahwa telah tersedia aplikasi akademik dan pelaporan (feeder) yang gratis dan telah digunakan ribuan kampus di Indonesia seperti Gofeeder.

Aplikasi versi komunitas seperti ini bisa dengan mudah diinstall oleh operator dan tim akademik di server kampus. Tidak perlu memikirkan perancangan aplikasi dan biaya.

“Yang paling penting, bagaimana sistem akademik kita gunakan membentuk perguruan tinggi yang lebih kompeten. Aplikasi gratis seperti Gofeeder telah terintegrasi dengan sistem pelaporan pendidikan tinggi yang ada di Pemerintah Indonesia (Neofeeder), bisa jadi alternatif kampus-kampus kecil. Sehingga kampus dapat tetap siap dalam menyiapkan segala tantangan digitalisasi, tanpa perlu khawatir dengan keadaan kampus!,” ujar dia.(ril)


Related Stories