Simak Inilah Startup Sukses yang Didirikan Perempuan

Melanie Perkins, pendiri Canva. (Wikipedia)

JAKARTA - Selama bertahun-tahun, dunia startup sering kali identik dengan tokoh-tokoh pria seperti Elon Musk, Mark Zuckerberg, atau Jeff Bezos. Namun, jangan salah! Banyak juga perempuan hebat yang berhasil membuktikan bahwa mereka bisa menciptakan inovasi luar biasa dan membangun startup sukses berskala global 

Mereka bukan hanya menciptakan bisnis yang profitable, tapi juga memecahkan masalah nyata di masyarakat dan membuat bisnis mereka tumbuh dan berkembang karena kehadirannya bisa menjadi solusi untuk khalayak luas. 

Inilah beberapa nama perempuan pendiri startup yang bisnisnya sukses dan mendunia: 

1. Whitney Wolfe Herd – Bumble (Amerika Serikat)

Whitney Wolfe Herd adalah sosok yang luar biasa. Ia mendirikan Bumble pada tahun 2014, sebuah aplikasi kencan yang unik karena hanya perempuan yang bisa memulai percakapan lebih dulu. 

Sebelumnya, Whitney adalah salah satu pendiri Tinder, tapi hengkang karena mengalami pelecehan seksual dan diskriminasi gender di perusahaan tersebut. Pengalamannya itu justru menjadi titik balik. Ia menciptakan Bumble sebagai ruang yang lebih aman dan empowering bagi perempuan.

Pada tahun 2021, Bumble resmi IPO dan menjadikan Whitney sebagai perempuan termuda yang membawa perusahaannya sendiri melantai di bursa saham AS. Ketika IPO, valuasi Bumble mencapai lebih dari US$7 miliar. Whitney saat itu baru berusia 31 tahun! Ia juga masuk daftar TIME 100 dan Forbes "30 Under 30".

Baca juga:

2. Melanie Perkins – Canva (Australia)

Melanie Perkins adalah otak kreatif di balik Canva, platform desain grafis yang kini digunakan oleh lebih dari 135 juta orang di seluruh dunia. Cerita Canva dimulai dari kegelisahan Melanie sebagai mahasiswa desain di Australia. 

Menurutnya, software desain seperti Photoshop terlalu rumit dan tidak ramah bagi pemula. Dari situlah ide membuat alat desain yang simpel dan accessible muncul.

Dengan semangat pantang menyerah, ia dan timnya menghadapi lebih dari 100 kali penolakan dari investor sebelum akhirnya berhasil. Canva kini bernilai lebih dari US$25 miliar dan menjadi salah satu unicorn teknologi paling sukses dari Australia.

Yang lebih keren lagi, Melanie adalah perempuan multiras berdarah Filipina dan Australia. Ia juga dikenal sebagai pendukung filantropi dan kesetaraan gender di industri teknologi.

3. Anne Wojcicki – 23andMe (Amerika Serikat)

Kalau kamu pernah penasaran soal silsilah keluarga atau genetikmu, kemungkinan besar kamu pernah dengar tentang 23andMe. Perusahaan ini didirikan oleh Anne Wojcicki, seorang ahli biologi lulusan Yale University dan mantan analis di sektor kesehatan Wall Street.

23andMe adalah startup pertama yang menyediakan layanan tes DNA langsung ke konsumen. Dengan hanya sampel air liur, pengguna bisa tahu asal-usul etnis, risiko penyakit genetik, hingga preferensi kesehatan. Inovasinya ini merevolusi cara orang memahami tubuh dan keturunan mereka.

23andMe juga melakukan kemitraan besar dengan GlaxoSmithKline untuk penelitian penyakit, memperlihatkan betapa seriusnya dampak startup ini terhadap masa depan medis.

4. Katrina Lake – Stitch Fix (Amerika Serikat)

Buat kamu yang suka fashion tapi bingung mix and match, Stitch Fix bisa jadi penyelamat. Startup ini menggabungkan kecerdasan buatan (AI) dan sentuhan personal dari stylist untuk memberikan rekomendasi fashion yang cocok dengan preferensi penggunanya.

Katrina Lake mendirikan Stitch Fix pada 2011, saat masih kuliah S2 di Harvard Business School. Ia termasuk perempuan langka yang membawa startup-nya IPO pada 2017 dan menjadi satu-satunya founder perempuan yang melantai di bursa saham tahun itu.

Lake juga dikenal sebagai advokat bagi keberagaman gender di industri teknologi dan fashion. Kisahnya membuktikan bahwa kamu bisa memadukan passion dan teknologi dalam satu bisnis yang sukses.

5. Anne Boden – Starling Bank (Inggris)

Anne Boden adalah mantan eksekutif bank tradisional yang kemudian memutuskan untuk menciptakan revolusi di industri perbankan. Ia mendirikan Starling Bank pada 2014 sebagai neobank 100% digital di Inggris.

Dengan misi menciptakan layanan perbankan yang lebih inklusif dan efisien, Starling menawarkan berbagai fitur seperti budgeting tools, akun bisnis tanpa biaya bulanan, dan keamanan tingkat tinggi. Hasilnya? Starling telah memiliki jutaan pelanggan dan berhasil menjadi bank digital paling dipercaya di Inggris menurut beberapa survei industri.

Anne dikenal sebagai perempuan pertama yang mendirikan bank di Inggris. Buku otobiografinya, "Banking On It", jadi bacaan wajib buat siapa saja yang tertarik dengan dunia fintech.

Baca Juga: Laba Tak Lagi Segalanya: Kisah Startup yang Menyelamatkan Bumi

6. Julia Hartz – Eventbrite (Amerika Serikat)

Eventbrite mungkin terdengar akrab kalau kamu pernah beli tiket konser atau acara komunitas secara online. Julia Hartz ikut mendirikan platform ini bersama suaminya, Kevin Hartz, pada 2006. Tapi sejak 2016, Julia lah yang mengambil alih sebagai CEO.

Ia berhasil membawa Eventbrite ke level global, bahkan perusahaan ini melantai di NYSE pada 2018. Di bawah kepemimpinannya, Eventbrite menjadi platform andalan jutaan event organizer di dunia.

Julia juga aktif mempromosikan budaya kerja yang sehat dan inklusif. Ia termasuk dalam daftar "Most Powerful Women in Tech" versi Fortune.

7. Payal Kadakia – ClassPass (Amerika Serikat)

Payal Kadakia memulai ClassPass karena frustrasi mencari kelas olahraga yang fleksibel dan sesuai jadwalnya. Sebagai pencinta fitness dan penari klasik India, ia tahu betul pentingnya gaya hidup aktif.

ClassPass memungkinkan penggunanya untuk mengakses ribuan kelas fitness dari berbagai studio hanya dengan satu keanggotaan. Startup ini dengan cepat menyebar ke lebih dari 30 negara dan diakuisisi oleh Mindbody pada 2021.

Payal, lulusan MIT, juga dikenal sebagai pebisnis yang mengedepankan seni, budaya, dan kesehatan dalam satu nafas. Ia adalah role model bagi banyak perempuan Asia-Amerika di dunia startup.

8. Leah Busque – TaskRabbit (Amerika Serikat)

Kisah Leah Busque dimulai dari hal sederhana: ia kehabisan makanan anjing dan berpikir, "Bagaimana kalau ada seseorang yang bisa kubayar untuk beliin makanan?" Ide itu berubah jadi TaskRabbit, platform layanan on-demand di mana kamu bisa menyewa orang untuk melakukan tugas-tugas harian, mulai dari bersih-bersih rumah sampai perbaikan.

TaskRabbit berkembang pesat dan pada akhirnya diakuisisi oleh IKEA pada 2017. Leah dikenal sebagai pelopor dalam ekonomi berbagi (sharing economy) dan jadi inspirasi banyak pendiri startup perempuan lainnya.

9. Richa Kar – Zivame (India)

Di India, membeli lingerie sering kali dianggap tabu. Tapi Richa Kar berani melawan stigma itu dengan mendirikan Zivame, e-commerce khusus pakaian dalam perempuan.

Dengan latar belakang di bidang teknologi dan pemasaran, Richa melihat peluang besar di segmen yang selama ini diabaikan. Zivame kini menjadi salah satu e-commerce fashion terbesar di India dan telah membuka toko fisik di berbagai kota besar.

Cerita Richa adalah bukti bahwa perempuan bisa menciptakan perubahan besar bahkan di bidang yang dianggap sensitif atau menantang.

10. Reshma Saujani – Girls Who Code (Amerika Serikat)

Reshma Saujani mungkin bukan pendiri startup profit, tapi ia menciptakan gerakan sosial yang berdampak besar lewat Girls Who Code. Organisasi ini mendorong lebih banyak perempuan muda terlibat di dunia pemrograman dan teknologi sejak usia dini.

Girls Who Code telah menjangkau lebih dari 500.000 perempuan muda di seluruh dunia. Reshma, lulusan Yale dan Harvard, percaya bahwa solusi masa depan dunia ada di tangan generasi muda yang melek teknologi.

 

Saatnya Perempuan Muda Indonesia Bersinar

Dari Whitney Wolfe Herd di AS hingga Richa Kar di India, kisah-kisah di atas menunjukkan bahwa perempuan bisa jadi inovator hebat di dunia startup. Mereka tidak hanya membangun perusahaan, tapi juga menciptakan dampak sosial, memberdayakan komunitas, dan meruntuhkan norma-norma lama yang membatasi perempuan.

Kalau kamu adalah perempuan muda Indonesia dengan mimpi membangun startup, ingatlah: dunia sedang menunggu gebrakanmu. Dengan ide cemerlang, semangat pantang menyerah, dan keberanian untuk mencoba hal baru, kamu bisa jadi inspirasi generasi berikutnya.

Seperti kata Melanie Perkins, "Don't wait for the perfect time. Start now, learn fast."

 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Idham Nur Indrajaya pada 07 Jul 2025 

Bagikan

Related Stories