Ragam
Smelter Nikel Vale Indonesia (INCO) Resmi Dibangun di Sulawesi Tenggara
JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) resmi melaksanakan groundbreaking proyek smelter nikel di Blok Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Proyek yang beroperasi di bawah naungan PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI) menelan dana imvestasi sebesar Rp67,5 triliun untuk pabrik High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan tambang.
Berdasarkan keterbukaan informasi, proyek ini akan melibatkan sekitar 12.000 lapangan kerja untuk konstruksi.
“Kami yakin Indonesia memiliki peran penting dalam mega-tren elektrifikasi dan dekarbonisasi global, dengan potensi untuk menjadi produsen nikel paling berkelanjutan di Asia dengan standar
Environmental Social & Governance (ESG) tertinggi,” kata Eduardo Bartolomeo, Chief Executive Officer Vale, Senin 28 November 2022.
Implementasi ESG dalam proyek ini salah satunya adalah penggunaan energi bersih dalam operasinya. “Kami tidak akan menggunakan batu bara untuk pembangkit listrik untuk proyek ini.”
Proyek Blok Pomalaa telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional dengan menggunakan teknologi (HPAL) Huayou untuk menghasilkan hingga 120.000 ton nikel per tahun. Blok HPAL Pomalaa ditargetkan untuk menghasilkan produk yang disebut Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), yang dapat diolah lebih lanjut menjadi material yang cocok untuk baterai kendaraan listrik.
Baca Juga :
- Produk Ramah Lingkungan, Kilang Pertamina Plaju Raih 4 Penghargaan International Green Apple Awards 2022
- Wyndham Opi Hotel Palembang kembali Selenggarakan Wyndham Wedding Fair ke III 2022
- Bikin Gak Tenang, Inilah 10 Kota Paling Berisik di Dunia
3 Megaproyek
Blok Pomelaa merupakan satu dari tiga proyek pengembangan yang berada di Sulawesi. Tak main-main, nilai investasi ketiganya mencapai US$8,6 miliar atau setara dengan Rp128,13 triliun (kurs Rp14.915 per dolar Amerika Serikat).
Pertama, Proyek Bahadopi di Sulawesi Tengah bersama Taiyuan Iron & Steel Co. Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co. Ltd. Total investasinya mencapai US$2,3 miliar atau setara dengan Rp34,27 triliun. Proyek ini akan menggarap nikel dan feronikel dengan kapasitas 73.000 ton.
Kedua, ada Sorowako Limonite, berada di Sarowako, Sulawesi Selatan bersama Huayou Cobalt Co. Ltd yang memiliki kapasitas 60.000 ton nikel jenis mixed hydroxide precipitate (MHP).
Nilai total investasi mencapai US$1,8 miliar atau setara dengan Rp26,82 triliun,dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan tambang. Proyek akan dilakukan pada 2023 hingga 2026.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Ananda Astri Dianka pada 28 Nov 2022