Sulam Angkinan Kerajinan Khas Palembang Warisan Kerajaan Sriwijaya

Sejumlah perajin menyulam kain beludru untuk dijadikan hiasan kamar pengantin

PALEMBANG, WongKito - Selama ini, Kota Palembang sangat dikenal dengan karya tekstilnya berubaha songket dengan berbagai motif tetapi masih banyak yang belum tahu sulam angkinan, padahal sudah diproduksi sejak Kerajaan Sriwijaya.

Perajin Sulam Angkinan, Abdul Kadir mengatakan sulam angkinan tersebut berbahan kain beludru yang disulam dengan aneka jenis benang, seperti benang emas dan payet.

"Kerajinan ini, kami warisi turun temurun dan memang masih terbatas yang memroduksi," kata dia disela-sela menerima rombongan Dekrenasda Sumsel yang dipimpin Febrita Lustia, kemarin.

Ia mengakui, cukup sulit untuk melestarikan kerajinan khas yang termasuk kurang dikenal tetapi banyak digunakan warga Palembang tersebut.

Karena tidak mudah untuk mengembangkan usaha tersebut akibat terkendala regenerasi, akhirnya awal tahun 2000an berinisiatif melanjutkan usaha yang sebelumnya dipertahankan sang ibu, tambah dia.

Sulam angkinan merupakan teknik dan seni menyulam di atas kain beludru yang biasanya digunakan untuk baju adat, sarung bantal, sprei dan hiasan kamar pengantin seperti tirai.

Abdul menjelaskan, butuh waktu minimal 15 hari bagi perajin pemula yang ingin belajar sulam angkinan untuk membuat sebuah sarung bantal.

Namun, jika sudah ahli, hanya membutuhkan waktu 10 hari untuk lima sarung bantal dan selembar taplak meja. Sedangkan berkisar Rp8 juta tergantung tingkat kesulitan menyulamnya, ujar dia.

Sementara dalam kesempatan itu, Ketua Dekranasda Sumsel, Febrita Lustia mengatakan sangat mendukung dengan upaya mempertahanka sulaman angkinan.

"Kami akan menyiapkan, ruang khusus untuk pelaku usaha sulam angkinan di Dekrenasda sebagai salah satu upaya melestarikan karya yang luar biasa tersebut," kata dia.(nertina)

Bagikan

Related Stories