Tahun 2021, Ini yang Bikin Laba Bersih BNI Terbang Tinggi

BNI Enggan bertransformasi menjadi Bank Digital. (Dok BNI)

JAKARTA, - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau lebih akrab disebut BNI, berhasil meraih keuntungan besar selama tahun 2021 lalu. Ditengah pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, secara konsolidasi BNI sukses mencatat keuntungan bersih senilai Rp 12,76 triliun, naik sekitar 144 persen daripada tahun 2020 sebesar Rp 5,23 triliun.

Darimana laba BNI bisa terbang begitu tinggi sementara pandemi tetap menggila? Kita coba kulik laporan keuangan konsolidasi perseroan yang sudah diaudit selama tahun 2021.

Dari pos pendapatan bunga dan syariah, tahun lalu BNI mencatatkan perolehan Rp 50,02 triliun, turun dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 56,17 triliun.

Baca Juga :

Ditengah laju pendapatan bunga yang turun tersebut, sebagai dampak penurunan suku bunga kredit, BNI berhasil melakukan efisiensi beban bunga dan beban syariah. Angkanya fantastis. Dari Rp 19,02 triliun di 2020 menjadi Rp 11,77 triliun. Ada selisih biaya sekitar Rp 7,24 triliun.

Dampaknya, pendapatan bunga dan pendapatan syariah bersih perseroan di 2021 naik tipis menjadi Rp 38,24 triliun dari sebelumnya Rp 37,15 triliun di 2020.

BNI juga mendapat tambahan pendapatan dari premi dan hasil investasi bersih sebesar Rp 1,39 triliun di 2021. Angkanya turun tipis dari tahun sebelumnya di Rp 1,47 triliun.

Sumber pendapatan besar BNI lainnya adalah dari pos operasional. Totalnya di 2021 mencapai Rp 16,21 triliun, naik dibandingkan tahun 2020 senilai Rp 13,41 triliun.

Pendapatan operasional di tahun 2021 ini berasal dari sumber yang beragam. Contohnya dari provisi dan komisi lainnya Rp 8,94 triliun, laba entitas asosiasi Rp 698,33 miliar, penerimaan kembali aset hapus buku Rp 2,58 triliun dan keuntungan penjualan aset keuangan Rp 1,71 triliun.

Dari sisi beban operasional, angka yang dikeluarkan BNI di tahun 2021 relatif tidak berbeda jauh dibandingkan tahun sebelumnya. Yaitu Rp 24,80 triliun tahun 2021 berbanding Rp 24,23 triliun di 2020.

Dari laporan keuangan konsolidasi BNI juga terungkap bahwa selama tahun 2021, perseroan berhasil memangkas biaya pembentukan cadangan kerugian nilai kredit dari Rp 22,59 triliun (2020) menjadi Rp 18,29 triliun (2021). Terdapat penghematan hingga Rp 4,29 triliun.

Dari berbagai data yang terungkap dalam laporan keuangan perseroan di tahun 2021 ada dua pos utama yang menjadi pengerek laba BNI di tahun lalu. Pertama berasal dari pendapatan operasional dan kedua berkat penurunan pencadangan aset kredit.

Direktur Utama BNI, Bapak Royke Tumilaar menyampaikan kinerja BNI 2021 tercatat sangat menggembirakan di mana laba bersih perseroan mampu melampaui ekspektasi pasar. Pencapaian Laba bersih ini dihasilkan dari Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan (PPOP) yang tumbuh kuat 14,8% yoy sehingga mencapai Rp31,06 triliun.

"Pencapaian ini bahkan menjadi yang tertinggi yang pernah dihasilkan BNI, lebih tinggi dari pendapatan operasional sebelum pandemi. Selain itu, upaya perbaikan kualitas kredit melalui monitoring, penanganan dan kebijakan yang efektif membuat cost of credit membaik menjadi 3,3%," ujar Royke secara virtual pada Rabu (26/1).

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 07 Mar 2022 

Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories