Rekam Proses Kehancuran Lingkungan, Bumi Bakal Memiliki Black Box

Desain art black box bumi (LiveScience)

JAKARTA, WongKito.co - Setiap penerbangan komersial direkam. Setiap tarikan pada yoke dan setiap penyesuaian throttle telah dicatat dengan detil oleh alat perekam kecil yang tersimpan di ekor pesawat. 

Perekam terebut dikenal sebagai black box yang selalu dicari ketika terjadi sebuah kecelakaan pesawat. Dengan memindai rekaman di kotak hitam tersebut orang akan tahu apa sebenarnya yang terjadi pada detik-detik maut kecelakaan.

Tahun depan, planet kita juga akan mendapatkan salah satu perekam bencana ini. Disebut Earth's Black Box (Kotak Hitam Bumi) proyek ini dimaksudkan untuk mencatat setiap langkah dalam perjalanan menuju ‘kematian’ planet kita. 

Lemari besi bertenaga surya itu kira-kira panjangnya bus sekolah dan berbentuk halte terbalik. Semua peralatan akan terbungkus baja setebal 7,5 sentimeter yang dirancang untuk menahan bencana. Sama seperti kotak hitam pesawat dibuat untuk menahan benturan.

Dan seperti kotak hitam yang tersimpan di bagian teraman dari sebuah pesawat, Kotak Hitam Bumi omo akan ditempatkan di lokasi paling aman di Bumi, yaitu Tasmania. Saat online, kotak hitam itu akan diisi dengan hard drive yang merekam dan menyimpan informasi terkait iklim.

Proyek ini, yang merupakan kolaborasi antara University of Tasmania, sebuah perusahaan komunikasi bernama Clemenger BBDO, dan sebuah kelompok seni bernama Glue Society. Peralatan dijadwalkan untuk mulai dibangun pada awal 2022.

Kotak itu akan mengumpulkan pengukuran suhu, data pengasaman laut, data penggunaan lahan, pengeluaran militer, konsumsi energi, dan pertumbuhan populasi manusia.

Ini juga akan mengikis berita utama, posting media sosial, dan informasi dari konferensi perubahan iklim utama antara kepala negara.

Sebagai sebuah karya seni, itu tidak dapat disangkal mencolok. Gambar konsep menunjukkan struktur sudut tajam yang dilapisi panel surya dan terletak di gurun terpencil. 

Sudut-sudutnya yang tajam seperti menunjukkan sesuatu dari dunia lain yang akan kontras dengan lanskap batuan lapuk di belakangnya. 

“Tujuannya adalah untuk menjadi pengamat yang diam, terus-menerus menyerap informasi untuk memberikan laporan yang tidak memihak tentang peristiwa yang menyebabkan kematian planet ini, meminta pertanggungjawaban untuk generasi mendatang dan mengilhami tindakan mendesak," tulis situs web Earth's Black Box dan dikutip LiveScience Sabtu 18 Desember 2021. 

Tentu saja black box ini tidak dimaksudkan untuk merekam kiamat di mana bumi hancur seperti yang digambarkan oleh agama. Karena jika tujuannya adalah itu maka tentu tidak ada gunanya karena tidak ada satupun yang akan bisa menelitinya. Alat ini akan merekam proses kerusakan alam yang bisa membuat peradaban manusia perlahan-perlahan hancur. 

"Idenya adalah jika Bumi benar-benar runtuh akibat perubahan iklim, alat perekam yang tidak dapat dihancurkan ini akan ada di sana untuk siapa pun yang tersisa untuk belajar dari itu," kata Jim Curtis, Direktur Kreatif Eksekutif di Clemenger BBDO kepada ABC News Australia. "Itu juga untuk meminta pertanggungjawaban para pemimpin untuk memastikan tindakan atau kelambanan mereka dicatat."

Setiap saat data yang disimpan dalam Kotak Hitam Bumi akan tersedia untuk umum sebagai kapsul waktu informasi iklim.

Ide ini datang ketika planet bumi berada di jalur untuk menghadapi peningkatan suhu global sebesar 2,7 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Lapisan es tidak stabil, air tawar menjadi langka, dan rekor jumlah spesies yang punah.

Meski beberapa orang mungkin menganggap proyek itu sebagai monumen pesimisme iklim, tujuan jelas dari kotak hitam ini bukan hanya untuk merekam malapetaka yang akan datang, tetapi untuk membantu menjauhkan manusia darinya.

"Kecuali kita secara dramatis mengubah cara hidup kita, perubahan iklim dan bahaya buatan manusia lainnya akan menyebabkan peradaban kita hancur," tulis web tersebut.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 18 Dec 2021 

Editor: Nila Ertina
Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories