Destinasi & Kuliner
Wisata Kemah Sambil Bercocok Tanam di Agroforestry Kibuk 94
Pagaralam, Wongkito.co - Kota Pagar Alam memiliki objek wisata alam terbaru yakni Agroforestry Kibuk 94 yang mulai dibuka untuk umum sejak 26 Februari 2023. Memadukan konsep wisata bumi perkemahan dan wanatani, Agroforestry Kibuk 94 terletak di ketinggian 1.710 mdpl tepat di lereng Gunung Dempo.
Secara administratif, Agroforestry Kibuk 94 masuk ke dalam wilayah Kelurahan Agung Lawangan, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagaralam. Objek wisata tersebut dikelola masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Agroforestry Kibuk 94, dibawah naungan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Kibuk yang didampingi oleh Perkumpulan Hutan Kita Institute (HaKI).
Di lahan seluas 100 hektar yang masuk ke dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Dempo, Agroforestry Kibuk 94 menawarkan fasilitas camping ground untuk keluarga atau komunitas, hiking, jalur offroad dan jalur all terrain vehicle (ATV) bagi para pecinta adrenalin.
Dengan paket Rp450 ribu untuk 4 orang atau Rp600 ribu untuk 6 orang, pengunjung sudah mendapatkan tenda, matras, sleeping bag, peralatan masak, lampu tenda, dan kayu bakar.
Mengusung konsep energi hijau, listrik di Agroforestry Kibuk 94 ditenagai oleh panel listrik tenaga surya dengan kapasitas 2.000 watt. Camping Ground dikelilingi oleh hutan pandan, hutan anggrek, dan kebun kopi arabika terluas di Kota Pagaralam. Pengunjung bisa menikmati suasana panen kopi bersama para petani serta menanam pohon yang diberi nama untuk menghijaukan kembali kawasan hutan lindung.
Peresmian Agroforestry 94
Agroforestry Kibuk 94 diresmikan oleh Wali Kota Pagaralam yang diwakilkan oleh Kabid SDM Dinas Pariwisata Kota Pagaralam, E Marta Dinata, Minggu 26 Februari 2023. Marta mengatakan, dengan bertambahnya objek wisata di Pagaralam akan menambah minat wisatawan untuk berkunjung ke Pagaralam.
"Apalagi ini dikelola langsung oleh masyarakat, tentu akan sangat didukung oleh Pemerintah Kota Pagaralam. Objek wisata ini dibangun dari nol oleh masyarakat secara swadaya. Pemerintah siap mensupport untuk menyempurnakan objek wisata ini," ujar Marta.
Selain berpotensi mendatangkan wisatawan, objek wisata yang terletak di hutan lindung ini pun dapat bermanfaat terhadap kondisi lingkungan. Hutan lindung yang tadinya terbuka akibat ulah manusia, bisa lebih dijaga dan lebih dihijaukan kembali.
Sementara itu Kepala UPTD KPH Wilayah X Dempo, Herry Mulyono, berujar, pengelolaan hutan lindung yang telah mendapatkan izin perhutanan sosial seperti Agroforestry Kibuk 94 ini sangat positif untuk mengembalikan fungsi hutan lindung.
HKm sebagai masyarakat pengelola harus selalu ingat untuk mengembalikan fungsi hutan yang bermanfaat dengan menambah hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti kopi dan tanaman buah-buahan.
"Dengan menambah tanaman kopi dan buah-buahan seperti alpukat, masyarakat masih bisa mendapatkan manfaat ekonominya namun tidak merusak apalagi menebang kayunya. HKm diberikan kepada masyarakat yang sudah terlanjur membuka lahan di hutan lindung dan memiliki komitmen untuk tidak membuka lahan baru dan mengembalikan fungsi lingkungannya," kata dia.
Sekretaris HKm Kibuk, Rusi Siruadi mengatakan, seluruh bangunan kayu yang digunakan untuk jadi fasilitas bumi perkemahan menggunakan kayu dari pohon grand akasia yang bukan endemik kawasan Hutan Lindung Gunung Dempo. Karena sifatnya yang tidak endemik, pohon tersebut mengalami masa daur dan akan roboh sendiri. Sementara pohon-pohon endemik hutan lindung Gunung Dempo dibiarkan dan tidak ditebang.
“Kami memiliki tanggung jawab besar bukan untuk memajukan wisatanya saja, tapi juga menjaga lingkungannya. Objek wisata ini, kami berladang, tanam kopi. Tanggung jawab kami memperbaiki lahan kosong yang ditinggalkan, untuk dihijaukan kembali,” kata Rusi.
Masyarakat secara swadaya dan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah I Palembang yang menyediakan pembibitan untuk menebar benih tanaman HHBK di kawasan tersebut.
Direktur Eksekutif Hutan Kita Institute (HaKI) Deddy Permana mengatakan, pihaknya telah membantu HKm Kibuk sejak pengajuan izin dan keluarnya SK perhutanan sosial pada 2018 lalu. Namun tanpa semangat dan dukungan masyarakat, objek wisata Agroforestry Kibuk 94 tersebut tidak akan pernah terwujud.
Dari total lahan seluas 440 hektar izin perhutanan sosial yang dikantongi HKm Kibuk, hanya 100 hektar yang dimanfaatkan untuk Agroforestry Kibuk 94. Kawasan tersebut pun sejak awal masih ada kawasan hutan yang tutupannya rapat dan tidak semua dibuka demi bumi perkemahan. Tanaman baru yang ditanam pun didominasi kayu HHBK.
“Wilayah rentan dimanfaatkan sebagai jasa lingkungan dan untuk mempertahankan sumber air. Mengelola HKm ini harus seimbang antara meningkatkan kesejahteraan masyarakat sambil melindungi lingkungan,” kata Deddy.
Sekilas tentang HKm Kibuk
Perhutanan Sosial dengan skema Hutan Kemasyarakatan (HKm) Kibuk menjadi salah satu perhutanan sosial pertama di Sumsel yang mendapatkan SK langsung dari Presiden RI Joko Widodo di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, pada 2018 silam. Butuh waktu 5 tahun sejak pengajuan perhutanan sosial pada 2013. Total anggota HKm Kibuk sebanyak 132 KK petani untuk mengelola dan menjaga lahan seluas 440 hektar.
Istilah kibuk berasal dari bahasa Besemah (Pasemah) yang secara harfiah berarti tersisa atau terjepit. Secara geografis, HKm Kibuk diapit belantara lereng Gunung Dempo yang berstatus kawasan hutan lindung di bagian utara dengan perkebunan teh milik PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) di bagian selatan. Arti lain yang juga berkembang di masyarakat lokal, kibuk bisa berarti tanah yang berkabut. Ketinggian dataran yang berkisar antara 1.700-1.900 di atas permukaan laut membuat udara di kawasan tersebut sejuk dan sering kali berkabut.
Saat ini HKm Kibuk merupakan lahan perkebunan tertinggi yang digarap oleh masyarakat di kawasan Gunung Dempo, menjadikan 132 anggotanya sebagai penjaga hutan agar tidak ada lagi yang merambah lebih jauh.
Saat ini, dari 440 hektare lahan HKm Kibuk, lebih dari 200 hektare sudah digarap oleh 132 orang anggotanya. Konsep wanatani (agroforestry) diterapkan di seluruh lahan yang digarap ditanami hortikultura dan HHBK. Tanaman hortikultura seperti sawi, kubis, labu, wortel, cabai, bawang-bawangan, kentang, tomat dan stroberi.
Selain kopi dan alpukat, HHBK yang juga diupayakan budidaya adalah jeruk, rotan jernang, pala dan durian. Meskipun pala dan durian yang sudah ditanam dinilai tidak tumbuh dengan baik karena iklim yang kurang sesuai.
Ancaman eksternal terhadap lingkungan yang muncul di kawasan HKm Kibuk dan sekitarnya yakni masih adanya perambahan yang dilakukan masyarakat lokal maupun pendatang, khususnya Lahat. Perambah membuka lahan baru kawasan berstatus hutan lindung berpotensi merusak kondisi lahan dan sumber air yang sangat dibutuhkan karena tanpa perencanaan.
Oleh karena itu Lembaga Pengelola HKm Kibuk menetapkan lahan seluas 200 hektare sebagai kawasan konservasi. Selain menjaga hutan yang saat ini belum rusak, masyarakat HKm pun melakukan upaya konservasi di lahan hutan dengan kerapatan pohon rendah, kawasan semak belukar, dan hutan bekas terbakar. Tanaman kayu sabun dan kayu ara akan ditanam sebanyak 10 ribu batang per seratus hektare.
Masyarakat HKm Kibuk mendapatkan SK Perhutanan Sosial ini untuk 35 tahun sejak 2018 yang akan dievaluasi per lima tahun sekali. Dalam lima tahun pertama, masyarakat menanam masing-masing tiga ribu batang kayu ara dan sabun per 30 hektare di zona konservasi. Untuk tahun kelima hingga 10, penanaman kayu sabun dan ara sebanyak dua ribu batang per 20 hektare. ***