5 Brand Lokal Pendorong Tekstil Hijau

Kamis, 11 September 2025 16:03 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Editor:Redaksi Wongkito

Angkasa_x_Sore.webp
Gaun koleksi SukkhaCitta muncul dalam film "Sore: Istri dari Masa Depan" (ist/Sukkachitta)

JAKARTA, WongKito.co – Saat banyak orang membeli pakaian yang hanya dipakai sesekali lalu dibuang, tempat pembuangan sampah di seluruh dunia dipenuhi dengan produk fast fashion, yang memberikan dampak serius bagi lingkungan.

Keberlanjutan (sustainability) menjadi kata kunci yang sama pentingnya. Banyak desainer cerdas di industri fashion mulai menyadari pentingnya menciptakan praktik berkelanjutan untuk pakaian non-fast fashion yang tahan lama.

Untuk mendukung slow fashion, mereka menciptakan busana klasik dan abadi yang tidak merusak planet.

Dilansir dari Maake, fashion yang dapat terurai secara hayati, etis, dan berkelanjutan menjadi tren penting lainnya. Tren slow fashion menekankan pengurangan produksi pakaian tidak etis yang dibuat dalam jumlah besar.

Pendukung fashion berkelanjutan atau slow fashion menciptakan dan menjual merek pakaian yang tahan lama dan melewati batas tren sesaat.

Untuk memproduksi slow fashion yang tidak terpengaruh tren terbaru, perusahaan menggunakan bahan yang dapat terurai secara hayati, tahan lama, dan dirancang dengan gaya klasik.

Dengan begitu, pakaian dapat digunakan lebih lama dibanding tren cepat yang hanya bertahan sebentar seperti pada fast fashion.

Beberapa brand lokal yang mempromosikan slow fashion:

1. LamaLama Indonesia

Dilansir dari laman resminya, LamaLama Indonesia merupakan merek fashion berkelanjutan (sustainable fashion) yang fokus mengurangi limbah tekstil melalui desain inovatif dan produksi yang bertanggung jawab.

Setiap pakaian yang dihasilkan tidak sekadar mengikuti tren, tetapi juga membawa cerita, nilai, dan kontribusi positif terhadap lingkungan.

Dengan prinsip slow fashion, LamaLama menghadirkan produk berkualitas tinggi dan tahan lama, menggunakan bahan ramah lingkungan serta limbah tekstil pilihan, sehingga mendukung gaya hidup yang lebih sadar akan keberlanjutan.

2. Lanivatti

Lanivatti adalah merek pakaian perjalanan (travel attire) yang dikembangkan oleh fotografer mode ternama, Nicoline Patricia Malina.

Sekitar 90% bahan yang digunakan dalam pakaian Lanivatti berasal dari material yang dapat terurai secara hayati, seperti Tencel, katun organik, linen, dan rayon (viskosa).

Setiap kain diuji agar tahan lama melalui bertahun-tahun pencucian dan pemakaian, tanpa mudah rusak, menyusut, atau berubah bentuk.

Setiap desain, pemotongan, dan penjahitan dilakukan 100% secara lokal, dan kami mempekerjakan penjahit secara langsung, memastikan standar tertinggi untuk upah, keselamatan, dan penghormatan terhadap pekerja.

Produksi mereka yang terbatas memungkinkan pengurangan pembuatan berlebih yang tidak efisien dan memastikan setiap produk dibuat dengan penuh pertimbangan.

3. Sukkha Citta

Sukkha Citta didirikan pada 2016 oleh Denica Riadini-Flesch, Founder sekaligus CEO, setelah ia menyaksikan langsung kondisi kehidupan di desa-desa saat melakukan survei dalam pekerjaannya di salah satu LSM internasional.

Sebagai merek fashion berkelanjutan, Sukkha Citta memberdayakan pengrajin lokal dan menggunakan pewarna alami dari buah-buahan. Merek ini juga menerapkan prinsip zero waste dengan mengolah kembali sisa kain menjadi kemasan pakaian.

Sukkha Citta menerapkan prinsip keberlanjutan mulai dari pemilihan bahan, memastikan semuanya mendukung praktik ramah lingkungan. Proses pewarnaan menggunakan 100% pewarna alami, bahkan indigonya hasil dari penanaman sendiri.

4. Rentique

Dilatarbelakangi keprihatinan terhadap pola belanja konsumtif, Rentique hadir sebagai solusi bagi mereka yang ingin tetap tampil maksimal tanpa menambah limbah fesyen.

Sebagai merek fashion berkelanjutan, Rentique mendorong gaya hidup ramah lingkungan melalui layanan sewa pakaian.

Rentique merupakan layanan rental fashion yang menawarkan berbagai pilihan model dengan harga sewa yang terjangkau.

Melalui kampanye “RentReuseReduce,” Rentique berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengurangi limbah industri fashion.

5. Cinta Bumi Artisans

Brand ini lahir dari kepedulian Novieta Tourisia terhadap tradisi pembuatan backcloth atau ranta yang kini hampir punah akibat menurunnya jumlah pengrajin.

Dari perhatian ini, Cinta Bumi Artisans berkolaborasi dengan pengrajin dan penenun lokal Bali untuk menciptakan pakaian yang ramah lingkungan.

Dalam proses produksinya, Cinta Bumi Artisans memanfaatkan serat alami dari kulit kayu yang berasal dari Lembah Bada. Serat ini diambil dan diolah secara etis serta berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertekstilan

Badan Legislasi (Baleg) DPR tengah merancang RUU Pertekstilan. RUU ini terdiri dari 14 bab dan 72 pasal, mencakup berbagai aspek seperti permodalan dan insentif, perencanaan penyelenggaraan pertekstilan, kelembagaan, produk tekstil, perlindungan hak kekayaan intelektual, serta ketentuan lainnya.

Secara yuridis, RUU ini mendesak karena saat ini belum ada peraturan secara khusus dan fokus mengatur industri pertekstilan serta ketahanan sandang.

Padahal, sektor pertekstilan dan ketahanan sandang menjadi landasan penting dalam membangun kerangka hukum yang jelas dan kokoh. Tujuan utamanya adalah melindungi sekaligus mendorong perkembangan industri tekstil nasional serta meningkatkan daya saing.

Diperlukan kerangka hukum yang menyeluruh untuk mengatur berbagai persoalan di sektor tekstil, dengan kebijakan yang mendorong pertumbuhan industri sandang berkelanjutan.

Hal ini mencakup seluruh rantai, mulai dari hulu seperti bahan baku, teknologi, mesin produksi, dan sumber daya manusia, hingga perlindungan hak kekayaan intelektual, serta hilir seperti distribusi, perdagangan, dan pemasaran.

Dilansir dari Hukum Online, pasal 47-50 RUU mengatur pemberian insentif. Insentif diberikan bagi pelaku usaha untuk mendorong investasi, peningkatan produksi, dan/atau perluasan lapangan kerja.

Pemberian insentif mempertimbangkan lima hal, jenis dan skala kegiatan usaha, dampak positif terhadap perekonomian nasional, kesesuaian dengan rencana pembangunan nasional, kemampuan keuangan negara, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com, jaringan media WongKito.co, pada 10 September 2025.